25. Ketenangan

162 10 0
                                    

Fase saling tatap berakhir sempurna. Gerakan kepala antar dua insan berjalan cepat dengan memasang objek bola mata kepada tanah. Ekspresi kedua insan kian terbalut kegugupan tak karuan seperti menghadapi sebuah intervew.

Akhirnya Tissa sendiri puas ketika benaknya mulai terbuka lebar-lebar akan hal kematian orangtuanya. Harus iklash! Dan jangan sesekali meninggalkan air mata, agar kelak mereka bisa menembus pintu surga dengan tenang.

"Kita pulang sekarang"

"Kerumahku?"

"Terserah kamu. Intinya antar aku menuju ke tempat tinggal"

"Aku bercanda. Yaudah, kamu boleh nginep di rumahku lagi. Ini juga demi kebaikan kamu sama ibu aku"

"Kamu yakin tuan?"

Bio mengangguk dalam sedeti sebagai tanda persetujuan.

"Makasih ya. Suatu saat aku janji akan membalas semua jasa-jasamu. Tugasku pasti melindungi kalian semua disana"

"Iya jangan bacot ah"

Pada kesempatan waktu, Bio mengajak Tissa untuk beristirahat sejenak di restoran es krim. Soalnya tidak ada hal yang harus Bio kerjakan di kantor. Lagipula, Bio juga bosan berada di rumah terus.

Dengan jilatan sensasi dingin berkombinasi manis, siapa tau hati Tissa bisa bangkit. Ya walaupun sedikit.

"Tis..aku boleh nanya sesuatu sama kamu?"

"Iya? Apa?"

"Apa kamu udah ingat sedikit-sedikit masalalu gitu? Maksudku. Apa kamu udah mulai ingat sesuatu?"

"Belum tuan. Setahu aku, penyebab aku begini akibat kecelakaan"

"Kecelakaan? Kecelakaan apa?"

"Enggak tau. Aku masih ngada-ngada aja. Tapi belum pasti. Emang kenapa tuan bisa sampai nanyain aku gitu?"

"Engga-engga. Santuy, aku cuma pengen mastiin aja dan bantuin nyari identitas kamu"

Bio berpura-pura tidak mengetahui  riwayat Tissa, seolah dia adalah orang asing yang baru Tissa temui, karena ia takut kalau Tissa bisa curiga dengan Bio yang pernah berbuat jahat di masalalu

"Sedikit lagi aku yakin tuan, aku pasti ingat semuanya" ungkap Tissa penuh keyakinan

"Nah gitu dong. Semangat!"

"Hehehe. Btw, makasih ya es krimnya enak"

"Sama-sama"

Berharap keduanya selalu damai. Dibalik berbagai ujian pasti ada hikmahnya. Seperti tingkah laku Bio yang mulai berubah mungkin. Setahu Tissa, kini jiwa Bio lebih ramah dibandingkan tadi.

Senyuman Tissa menunjukkan sesuatu untuk Bio akibat rasa senangnya atas kebaikan Bio.

"Napa?" Tanya Bio

"Kamu berbeda banget tuan. Saya turut bahagia"

"Emang ada apa dengan ku?"

Dengarkan Hatiku [TAMAT]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang