30. Berduaan

168 10 0
                                    

Permasalahan tak kunjung usai. Mereka masih teguh pada pendirian, tidak ada yang mengalah.

"Sekarang kamu mau apa?" Angga memulai

"Sarah mau minta uang buat beli obat sendiri"

"Enggak boleh"

Sarah..

Hingga pada waktunya suara Umay berhasil mengalihkan perhatian mereka. Oh iya, ada janji yang harus Sarah tepati bersama Umay. Moment ini hanya terjadi sekali dalam sehidup. Sarah tidak boleh melewatkannya.

"Yaudah, mah, pah, Sarah pergi dulu ya"

Sarah mencium kedua tangan orangtuanya

"Iya, hati-hati nak" sahut sang ibu

Perjalanan Sarah tertunda oleh tangan Angga yang menahannya. Selalu menyusahkan. Sekali-kali anak ini harus diberikan pelajaran akibat dirinya tidak mau menjadi pendengar yang baik.

"Kalau yang satu ini, kakak ga segan-segan ngelarang kamu" tegas Angga

"Angga udahlah! Biarin aja adik kamu pergi" jawab sang ayah

"Pah, Angga engga akan bisa melepaskan Sarah begitu saja dengan orang perebut ini"

Pertama obat, lalu Umay. Sebenarnya mau Angga apa? Keinginan Sarah selalu saja menjadi penolakan untuk tanggapan sang kakak. Sarah tidak punya waktu berdebat lagi. Ia pun segera bertindak melepaskan genggaman dan menepih tangan Angga.

"Kita langsung pergi may"

Sarah mengenggam tangan Umay dengan erat, seolah dirinya dan Umay adalah suatu hubungan yang tidak bisa dipisahkan oleh siapapun.

"Apa-apaan ini Sar?" Umay bingung

"Jangan dihiraukan"

Akhirnya Sarah mengajak Umay untuk berpaling dari hadapan Angga. Langkah mereka hampir saja menuju ke pintu utama, namun suara Angga berhasil menghentikan mereka.

"Demi orang ini kamu sampai lupain kakak yang sudah mengasuh kamu dari kecil Sar" suara Angga tinggi

Sarah sebenarnya sadar. Mana mungkin ia bisa melupakan jasa kakaknya dari mereka kecil sampai sekarang? Hanya saja Sarah sedang membutuhkan ketenangan sejenak dan untuk menenangkan dirinya dari adegan memanas keluarganya tadi.

Hati kecil Sarah kian tersentuh sebagai seorang adik. Ia berusaha agar tetap tegar walaupun tau sebenarnya ini merupakan sebuah dilema baginya.

Kedua mata Sarah terpejam serta mulutnya tertekuk sebagai rasa dalam menahan kesedihan.

---"---

Seperti yang kalian ketahui, bawasannya masalah Bio belum juga kelar. Kalajengking itu sudah berhasil mereka pindahkan, namun racunnya masih bereaksi. Entah hewan itu berdatangan darimana?

"Pak, apa bapak sudah telpon bantuan?"

"Pulsa saya habis"

"Astaga..lalu bagaimana ini?"

"Udahlah Tis, biarin aja" kata Bio lemas

Kepala terasa berat, kunang-kunang, penglihatan sepenuhnya buram. Bio tidak berdaya dalam melakukan apapun.

"Bi ,badan kamu panas" Tissa menaruh kepala Bio di pangkuannya

"Udah Tis, semua pasti akan baik-baik saja"

"Aku tidak akan diam sebelum kamu sembuh!"

"Baiklah semua, biar saya aja anter mereka ke rumah sakit"

Dengarkan Hatiku [TAMAT]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang