24. Antara sahabat dan cinta

208 10 0
                                    

Bukan masalah bisnis lagi. Perhatian semua orang lebih terfokus kepada Tissa. Akhirnya, Tissa sangat bersyukur karena sudah dipertemukan oleh seseorang sebagai pemberi petunjuk untuk kedua orangtuanya. Masalah mengingat siapa dia, belakangan saja. Hal paling utama adalah menemukan keberadaan orangtua Tissa.

"Bio, kamu bisa antar Tissa kan?" Tanya sang ibu

"Idih...engga..biarin aja dia pergi sendiri"

"Daripada kamu dirumah, lebih baik ikut aja. Biar nambah wawasan dikit" saran ayah Bio

Pasti ada niat tertentu diantara kedua orangtua Bio, soalnya mereka sengaja membuat Bio agar selalu ada untuk Tissa. Mungkin kedua orangtua Bio mengharapkan sang anak supaya bisa mendapatkan calon iman sebagai panutan jalan ke surga. Bagi mereka, tipe cewek seperti Tissa adalah tepat.

Astaaaggaaaa. Kenapa harus Tissa? Lebih baik pilihan Bio sebelumnya. Batin Bio.

"Mau? Kalo gak yaudah" tiba-tiba Tissa mulai

"Jangan nak, kasihan kamu kenapa-napa nanti. Lebih baik nak Bio aja yang antar" sahut Ibunya

"Udah ah udah! Aku ambil kunci mobil dulu"

Bio menjawab secara tidak iklash.

"Nah gitu dong" sang ayah menepuk pundak putranya

Perjalanan berlangsung ketika ramai kota mulai menyusut. Karyawan kerap mengambil jam istirahat usai lelah beraktivitas. Tidak banyak tempat perbelanjaan yang mereka pilih, karena terdapat sedikit kedai disekitar tempat mereka bekerja.

Mengenai kondisi lingkungan— semakin maraknya polusi asap kendaraan bermotor dan industri pabrik. Oleh karena itu, mereka harus melindungi wajah mereka dengan masker atau jika mereka adalah pengemudi mobil, tinggal menutup bagian kaca jendela.

"Sebentar lagi sampai" kata Doni

GREDEG...GEREDEG...

Ibarat ada gempa dalam mobil Bio. Ban mobil Bio bermasalah. Semakin melaju, mobil Bio nampak hilang kendali. Lebih baik mesin dimatikan sejenak. Alhasil, kebenaran terungkap saat Bio turun menyikapi kedua ban depan.

"Yaelah, pake kempes segala lagi!" Kesal Bio seraya memukul badan mobil

Tissa maupun Doni tidak tinggal diam. Mereka mengambil tindakan, turun dari mobil. Sekarang mereka juga akan mencari cara supaya urusan ini bisa beres secepatnya.

"Sebentar, biar saya nelpon bodyguard saya dulu.."

Doni pergi dari jangkauan mereka

Tinggal mereka berdua lama menunggu.

"Kau sih nyusahin mulu! Kamu mau gantiin semua?" Terlihat Bio berhadapan dengan Tissa dan menyalahkannya

"Kok-"

"Apa? Ga ngaku? Nyadar gak sih? Kamu mudah banget udah menghipnotis kedua orangtuaku dengan wajah keluguanmu itu. Aarrghh mereka malah mendukung buat hidup gue susah" bentak Bio

Semudah pembicaraan Bio tanpa sadar melampaui batas kesabaran pada hati Tissa yang tersakiti beribu kali. Setiap sisi tergores luka kecil dan semakin bertambah oleh kata-kata pedasnya.

Dengarkan Hatiku [TAMAT]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang