Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
hari ini, yunseong mengajak donghyun keliling kota. entah lah, tak ada tujuan juga sebenarnya, yang ada di pikirannya hanya ingin terus bersama donghyun setiap hari.
setelah bel pulang berbunyi, seperti biasa, yunseong menjemput donghyun di kelasnya, kemudian jalan bersama menuju parkiran untuk megambil motor yunseong.
“ayo, kak.”
donghyun telah lebih dulu naik ke jok belakang.
yunseong mengerutkan wajahnya bingung. raut si manisnya terlihat lesu dan tak bersemangat, tidak seperti biasanya.
“kenapa, hm?”
yunseong itu sangat peka, bahkan ketika ia hendak memakai helmnya, ia urungkan sebentar, dan lebih memilih untuk memusatkan perhatiannya pada sang kekasih.
“gak, papa,” jawab bocah manis itu dengan sedikit ketus.
“cerita sini, bubbly.”
ah, bubbly. itu nama panggilan dari yunseong, entah apa motivasinya memanggil donghyun seperti itu. ia hanya terinspirasi dari donghyun yang senang bermain busa sabun dan buih gelembung.
“donghyun kebiasaan banget mainan gelembung terus! itu yunseong nungguin!”
itu teriakan bunda donghyun kemarin pagi, saat yunseong pertama kali menjemput donghyun pagi-pagi.
“bubb..”
donghyun menunduk saat lagi-lagi yunseong memanggilnya sambil mengusap surainua.
“n-nilai ulangan matematika aku turun, kak,” cicitnya sedih.
yunseong membuka sedikit mulutnya, dan mulai mengerti sekarang.
jadi karena itu?
alasan bersedih anak pintar sungguh classy.
“emang berapa yang sekarang?” tanya yunseong.
“80, kak.”
yunseong tersenyum, agak dipaksakan.
hell, jika yunseong yang mendapatkan itu, mungkin dia akan mentraktir seluruh teman squadnya.
“oh, kirain―e-eh, kok nangis?”
yunseong lekas memeluk tubuh mungil itu dengan erat. ia salah menganggap remeh alasan bersedih kekasihnya ini, sepertinya nilai begitu berarti untuknya.
