┋29

2.4K 604 285
                                    

❛ 𝙠𝙚𝙨𝙚𝙢𝙥𝙖𝙩𝙖𝙣 ❜

donghyun semakin meringkuk, mengusak hidungnya pada bantal dengan kening mengkerut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

donghyun semakin meringkuk, mengusak hidungnya pada bantal dengan kening mengkerut.

dering ponselnya pagi ini membuat ia berjengit sampai terbangun dari tidur nyenyaknya.

awalnya, ia ingin mengabaikan, tapi ponselnya terus saja berdering kencang dan selalu kembali berbunyi ketika tak donghyun angkat.

“ih!”

anak itu meronta kesal, mengambil ponsel di atas nakasnya dengan sedikit kasar.

kak sihoon's calling...

“apa, kak?” tanya donghyun, dengan kedua mata yang masih terpejam mengantuk.

“kamu gak kemana-mana, kan, hari ini?”

“eung? gak, kok. kenapa?”

“bagus deh, kakak ke rumah kamu, ya! bawa hangyul sama dua orok. oh iya, yunseong juga ikut.”

“ini kan hari libur, kak. gak ada niatan main ke mana gitu?”

“ya ini ke rumah kamu kan mau main, udah buru bukain pintunya.”

donghyun diam, mencerna ucapan sihoon di seberang sana.

“hah?!”

dengan tubuh masih terbalut piama hitam dengan garis monokrom putih dan helaian surainya yang berantakan, ia berlari keluar dari kamarnya, menuruni tangga dengan tergesa untuk segera melajukan tungkainya ke arah pintu depan.

cklek!

“pagi adekku!”

tubuhnya disambut sebuah pelukan erat sihoon, tak lama, setelah kemudian dilepaskan untuk melemparkan cengiran khas sang kakak sepupu.

“kamu belum mandi, ya?” tanya sihoon.

donghyun cemberut, hanya menggeleng sambil mengucek matanya dengan wajah mengantuk. pandangannya ia tolehkan ke belakang sihoon.

ada hangyul, dan.. ah, sepertinya yang sihoon maksud dua orok itu eunsang dan junho, dan juga ada.. yunseong.

“masuk dulu,” ucapnya sambil memberi jalan mereka untuk masuk ke dalam rumahnya.

“kamu mandi, ya, dongi. bau iler tau!”

itu eunsang yang berbicara, sebelum melesat masuk mengikuti sihoon dan hangyul serta junho yang berjalan masuk.

donghyun mengerutkan keningnya, lantas menciumi bagian pundak piamanya.

“gak bau iler juga,” gumamnya, dengan wajah kebingungan.

“mau bau iler atau engga, tetep harus mandi.”

anak manis itu mengangkat kepalanya, ketika sosok yunseong kini berdiri di hadapannya, dengan senyum tipis seperti biasa.

kalopsia, hwangkeum✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang