❛ 𝙗𝙚𝙗𝙖𝙣 ❜
❨song recomend;seventeen―hug.❩
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
bunda terkekeh kecil dengan tangan tiada henti menepuk-nepuk punggung yunseong dalam pelukannya.
“maafin yunseong, bun.. maaf..”
“hush.. udah,” bunda melepaskan pelukannya, lantas mengusap air mata yang membekas pada pipi mantan kekasih putera manisnya.
“kamu kok malah nangis? gak papa ya ampun.”
“kalo bukan karena aku, donghyun gak mungkin kaya gini, bun.”
yunseong menunduk, kemudian menggenggam kedua tangan bunda dengan erat.
setelah mendengar semua yang bunda ceritakan tentang donghyun, yunseong benar-benar merasa menjadi manusia paling brengsek sedunia, benar-benar tidak punya pikiran.
dan, bagaimana bisa bunda donghyun tetap tersenyum lembut padanya, bahkan seramah ini tanpa ada rasa dendam sedikitpun padanya?
“gak papa, yunseong, kamu gak tau.”
bunda mengusap-usap rambut yunseong dengan lembut tanpa melunturkan senyumannya sedikitpun.
“kamu udah makan?”
pertanyaan itu yunseong jawab dengan gelengan lesunya.
“bunda belikan makan dulu, ya?”
“gak usah, bun..”
bunda menepuk pundak yunseong, “gak papa, bunda cari makan dulu, ya. kamu juga pasti butuh waktu berdua bareng donghyun.”
setelah mengusak surai legam yunseong, bunda lekas pergi keluar, meninggalkannya bersama donghyun yang masih tidur dengan lelap.
yunseong menggeser kursinya, semakin mendekatkan posisinya pada kasur atas donghyun.
“dulu, awalnya depresi, lalu sering teriak-teriak nyalahin diri sendiri. setelah didiagnosis ternyata.. post traumatic stress disorder. kamu tau ptsd, kan?”
yunseong mengusap air matanya yang mulai turun kembali mengingat cerita bunda donghyun.
“dia sering denger bisikan-bisikan, dan bisikan itu nyalahin dia. kata dokter yang menangani mental dia dulu, bisikan itu ternyata halusinasinya. karena awalnya dia mensugestikan kecelakaan ayahnya itu salahnya, semua itu jadi terjadi.”
ia mengusap-usap punggung tangan donghyun dengan lembut, memberikan sedikit kehangatan pada telapak dinginnya.
untuk hari ini saja, untuk hari ini, yunseong ingin menjadi manusia paling cengeng, untuk donghyun.
“dia gak bisa liat hal yang berpotensi buat dia merasa bersalah, bener-bener gak bisa. semalem, dia mimpiin kecelakaan itu, dan pas bangun pikirannya jadi kacau, dia ketakutan.”
masa bodo tentang rasa malu, masa bodo tentang harga diri, masa bodo tentang mamanya yang selalu bilang ia lelaki yang kuat.
tidak, yunseong tidak sekuat itu menahan air matanya untuk sekarang, dia bersalah, dan menyesali semuanya.
“sayangnya, bunda baru tau sekarang kalo donghyun sering konsumsi obat penenang, sebelumnya bunda gak pernah tau sama sekali.”
ia memijit pelipisnya, pening rasanya mengingat semua kejadian selama ini yang terjadi atas kebodohannya.
yunseong lantas menoleh, memandangi wajah tenang donghyun.
“kamu kenapa, sih? kenapa seneng banget nyembunyiin sesuatu?” serunya, yang tentu saja tak dapat donghyun dengar.
“gak usah sok kuat bisa, gak? kamu nyakitin diri kamu sendiri kalo gini caranya.”
yunseong mengulurkan tangannya, mengusap surai hitam bubbly menggemaskan itu dengan lembut. tatapan yunseong semakin menyendu.
setitik air mata turun, dan yunseong kembali menyekanya.
tapi, air matanya kembali turun, dan lebih deras. pada akhirnya, yunseong lebih memilih untuk menelungkupkan wajahnya pada lengan donghyun.
sesak dada yunseong rasanya, benar-benar sesak melihat donghyun seperti ini.
satu hal yang yunseong pikirkan sekarang, dia hanya ingin donghyun menjadi anak yang lebih terbuka. mau kepada yunseong atau kepada siapapun itu. setidaknya itu lebih baik dari pada memendamnya lalu membuat dirinya semakin sakit.
“udah cukup, ya..”
yunseong menghela napas, kembali memandangi wajah donghyun.
“jangan kaya gini. kamu butuh orang lain, jangan sakitin diri kamu kaya gini, jangan dipendam, banyak yang sayang kamu, donghyun―”
ia mengusap kasar air matanya.
“termasuk aku.”
yunseong memberanikan diri, mendekatkan wajahnya, kemudian mencium lembut kening donghyun cukup lama.
“tapi sungguh, yunseong. kecelakaan itu bukan salah donghyun. itu murni kecelakaan oknum gak bertanggung jawab yang nerobos lampu merah dan donghyun hampir ketabrak waktu itu.”
“kamu gak salah, bubb.. not you.”
ia mengusap pipi gembil itu, “seandainya aku jujur sedari awal tentang permainan konyol dan perasaan aku, semua ini pasti gak bakal terjadi, kan?”
yunseong tertawa kecil, menertawakan betapa lucunya dia dan sikap pengecutnya.
“aku cinta kamu, tapi aku terlalu pengecut buat jujur.”
udah ah sedih-sedihannya, capek.
hnggg:(((
gemasnya dek geumgeum sama mas hwang-ssi ini aduh mo marah aja rasanya😡
KAMU SEDANG MEMBACA
kalopsia, hwangkeum✔
Short Story[finish✓] ternyata, semembahagiakan ini mencintai seseorang.