❛ 𝙟𝙖𝙝𝙖𝙩 ❜
“kak yunseong jahat!”
donghyun, terus menangis tanpa henti. mengerang dan menepis tiap yunseong hendak menyentuhnya. tangannya terus mengeratkan pelukannya pada sebuah bantal empuk.
sementara itu, yunseong terus menatapnya dengan penuh rasa bersalah. sungguh, yunseong benar-benar merasa bersalah, itu pasti menyakitkan untuk si manisnya.
“bubb..”
donghyun tak merespon, malah menelungkupkan wajahnya pada permukaan bantal di pelukannya.
“bubb, aku minta maaf, a-aku―”
“berisik!”
yunseong terdiam ketika si manis membentaknya.
“hiks.. kakak bilang mau lindungin aku.. hiks! mana buktinya? sakit kak..”
si hwang mengusak surai merah kecoklatannya, sedikit frustasi dengan tangisan donghyun di depannya.
“kakak minta maaf. iya, kakak salah, tapi udah.. jangan nangis..”
bukannya reda, tangisan donghyun semakin menjadi. membuat beberapa siswa yang berlalu lalang sedikit tertarik atensinya untuk melihat lewat jendela uks.
sial, yunseong hanya mengunci pintu, lupa menutup jendela.
lelaki hwang itu berjalan, menarik gorden untuk menutup jendela uks. kemudian kembali menududukkan diri di samping donghyun.
“hey.. please, jangan nangis.”
donghyun menggeleng keras, tetap menangis.
yunseong menggeser tubuhnya untuk semakin mendekat pada donghyun.
“kamu mau bales? ayo, sini. pukul kakak, ayo, yang keras.”
ia meraih kedua lengan donghyun, berharap si manis melakukan apa yang ia perintahkan.
“rasa sakitnya gak bakal seberapa kak.. kakak gak ngerti.. hiks!”
yunseong frustasi, ia bingung harus melakukan apa sekarang. tangisan donghyun tak pernah reda, ia takut salah satu dari siswa yang berlalu lalang di depan dan mendengarnya, ada sihoon di antaranya.
tolong lah, luka lebam hasil perkelahiannya dengan hyunsuk saja belum sembuh. ia tak ingin ada yang menambahkannya lagi.
“sini, kakak obatin―”
“gak ada obatnya!”
“ada, dek.”
“gak mau!”
yunseong mendengus, lama-lama merasa kesal dengan bocah manis itu.
grep!
masa bodo dengan donghyun yang terus meronta karena berhasil ia rengkuh tubuh kecil itu untuk dipeluk. semakin si manis meronta, maka yunseong akan semakin mengeratkan pelukannya.
“ayo, minum obat―”
“gak mau!”
“biar giginya gak sakit, dek, ya tuhan.”
tolong ingatkan yunseong jika lelaki manis dalam pelukannya ini adalah keum donghyun yang berhasil membuatnya jatuh hati.
iya, yunseong mengerti, yunseong tau yunseong salah. ia terlalu gemas melihat pipi donghyun yang mengembung sebelah hingga tak tahan untuk mencubitnya. melupakan fakta jika kemarin donghyun bilang gigi bayinya sakit, dan sudah seharusnya lekas dicabut karena sudah membuat gusinya membengkak.
“udah, dek. maafin kakak, maaf, maaf.. jangan nangis gini, aku gak tega.”
lelaki hwang itu tak hentinya mengucapkan maaf, mengusap-usap pipi kiri donghyun yang membengkak dengan amat lembut.
“mau ditempelin koyo?”
“NANTI TAMBAH BENGKAK!”
yunseong harus merelakan sang telinga yang mendapat hantaman suara ultrasonik dari mulut donghyun.
lelaki manis itu benar-benar rewel, sangat rewel.
sakit gigi dan keum donghyun bukanlah perpaduan yang sangat pas. justru benar-benar menyebalkan.
“kamu ini emang gak pantes kena pukul, ya. sekalinya kena pukul, gigi bayinya minta dicabut,” bisik yunseong hampir tak terdengar.
karena memang niatnya tak ingin donghyun mendengar, tapi ia lupa dengan posisinya yang sangat menempel dengan donghyun.
hingga saat donghyun menangkap bisikan itu, tangisnya kembali, membuat kepala yunseong makin pening.
“gak ada pilihan, cabut gigi sore ini!” putus yunseong.
donghyun hampir kembali mengeraskan tangisannya, sebelum yunseong menaruh telunjuknya di atas permukaan ranum merah muda itu, menatap wajah manis donghyun dengan sorot tajamnya.
“cabut gigi atau aku cium?”
si manis terdiam, lantas menunduk kemudian beringsut menelusupkan wajahnya pada permukaan dada yunseong.
ah, si manis sedang memerah. terlihat dari warna telinga itu.
yunseong terkekeh gemas dibuatnya. baru akan kesal jika saja sekali lagi donghyun rewel.
tingkah anak manis ini memang benar-benar melarang yunseong untuk merasa kesal.
“cabut gigi, ya? aku udah bilang papaku semalem.”
donghyun tak menjawab, hanya mengangguk, kemudian menelusupkan kedua tangannya pada tiap sisi tubuh yunseong untuk ia peluk.
“maaf, ya? abis kamu gemesin, aku gak tahan pengen nyubit. lupa kalo kamu lagi sakit gigi.”
“tahan, kek!”
yunseong terkekeh kecil mendengar gerutuan samar dibalik dadanya.
“gak bisa, lucu banget soalnya.”
“lucu buat kakak, sakit buat aku!”
“iya bubb.. iya, maaf.”
entah, sudah berapa kali kata maaf itu keluar.
habis, donghyun susah dibujuk, yunseong bingung harus melakukan apa selain minta maaf.
aku pernah nangis terus sampe pas mau cabut gigi, padahal pas cabut giginya gak kerasa apa-apa cuma ngilu dikit.
oh iya, waktu kecil aku cabut gigi pake benang terus diiket ke pintu. ekstrim? iya seekstrim itu waktu kecil cuma karena takut dokter gigi:))))
KAMU SEDANG MEMBACA
kalopsia, hwangkeum✔
Historia Corta[finish✓] ternyata, semembahagiakan ini mencintai seseorang.