┋12

2.5K 638 243
                                    

❛ 𝙢𝙖𝙢𝙖 ❜

“ya ampun, yunseong!”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“ya ampun, yunseong!”

wanita cantik itu terkejut, sedikit berteriak melihat pemandangan di depannya kala ia membuka pintu rumah mewah itu.

yunseong di depannya, beserta hangyul dan junho yang kini tengah menahan tubuh anak itu dalam rangkulan mereka.

“ayo masuk, hangyul, junho!”

keduanya memapah yunseong masuk ke dalam rumah, dengan sangat hati-hati mendudukkannya di atas sofa ruang tamu.

“astaga yunseong kamu kok bisa gini?!”

wanita itu duduk di samping yunseong, menangkup wajah tampan si remaja untuk memperhatikan luka-luka yang menodai pahatan wajah anak itu.

“kaya gak tau anaknya aja, ma,” jawab yunseong dengan santai.

“eum, tante,” panggil junho.

“iya, nak? kenapa?”

“kami gak bisa lama, tadi izinnya cuma sebentar,” kata junho.

mama yunseong berdiri, mengusak puncak kepala masing-masing sahabat puteranya itu.

“makasih, ya, udah nganterin yunseong!”

“iya, tan. kami pamit, ya, tante,” seru hangyul sambil tersenyum ramah.

“iya, hati-hati. awas jangan mabal!”

setelah mengantar hangyul dan junho sampai pintu depan, wanita cantik itu kembali menghampiri yunseong di sofa ruang tengah.

“kamu tawuran dimana lagi, sih, nak? tumben lukanya banyak?” tanya sang mama, sambil memasang raut resahnya.

“engga tawuran, mama.”

yunseong tak marah jika mamanya memang mengira ia habis berkelahi atau tawuran. karena memang pada dasarnya, jika wajah yunseong sudah babak belur, dua hal itu akan menjadi alasan dan mamanya sudah cukup terbiasa untuk melihatnya.

“terus?”

“di pukulin pacarnya hangyul,” jawab yunseong.

“kamu homoan ya sama hangyul, makannya pacarnya marah!” tuduh sang mama.

“ck, mama, ah! ya kali! hangyul juga homo lagian.”

“ya terus apa visi misi pacarnya hangyul pukulin kamu, hum? eh, bentar mama ambil p3k dulu, ya.”

sebelum mama yunseong beranjak, sang putera sudah menahan pergelangan tangannya terlebih dahulu, kemudian menggeleng.

“udah diobatin ini, ma.”

“sama siapa?”

yunseong terdiam sebentar, mengehela napas kemudian menunduk.

“donghyun...” cicitnya.

kalopsia, hwangkeum✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang