Selasa, 14 Maret 2017.
Udara sedingin es batu begitu menusuk siang itu, ditemani hujan deras sejak pagi. Tampak seorang pemuda berseragam putih biru lengkap dengan dasi yang satu warna dengan celananya. Ia duduk seorang diri di sebuah bangku tepat di depan kelasnya yang hampir kosong. Pemuda itu tampak memegang sesuatu walaupun ditutup dengan kedua tangannya yang sedikit gemetar. Ia sesekali mengamati sesuatu di depannya. Beberapa orang sebayanya melintas dengan perlindungan payung maupun jas hujan. Beberapa yang lain tampak mempercepat langkahnya walaupun hujan terus menyerang.
Pemuda tersebut mendesah pelan. Betapa lelah baginya hanya untuk menunggu tangisan langit itu agar enyah dari hadapannya. Ia sesekali memejamkan matanya. Tak ada sepatah kata yang ia keluarkan. Orang-orang terus saja lewat mengabaikan sosok yang sesekali mengamati mereka.
Sudah setengah jam berlalu sejak bel pulang sekolah berbunyi. Ia yakin, tidak ada siapapun di dalam kelasnya. Dengan begitu ia bebas menghabiskan waktunya sendiri.
Tahukah kalian? Sampai kini pemuda itu berusaha menutupi masa lalu yang ia pendam sejak kecil. Entah masa lalu apa yang disembunyikannya. Hampir semua teman satu kelasnya tidak peduli terhadap apa yang sudah terjadi pada laki-laki itu.
"Didi, kau sedang apa?"
Kecuali seseorang yang selalu penasaran padanya setiap waktu.
Merasa namanya disebut, ia langsung menoleh ke arah sumber suara. Ia terkejut melihat seorang pemuda sebayanya yang sudah duduk di sampingnya. Sekilas ia melihat tulisan yang dijahit pada seragam orang itu, Ari Setyo.
Pemuda itu kenal sekali dengan Ari Setyo. Orang itu memiliki fisik yang lebih baik darinya. Kulit Ari sawo matang namun tampak lebih cerah, berbanding terbalik dengannya yang memiliki kulit lebih gelap. Selain itu badan orang itu berisi dengan wajah yang tampak segar. Sedangkan dirinya, bisa dikatakan kurus dan pucat.
Pemuda bernama Didi tahu bahwa Ari Setyo, teman sekelasnya, dibesarkan oleh keluarga yang mapan. Tentu saja memiliki tubuh yang sehat dan tampak sempurna karena dirawat dengan baik. Padahal Didi tidak menyadari bahwa tubuhnya sendiri jauh lebih kuat daripada orang itu. Seandainya mereka berdua bertarung tinju, pasti ia yang akan menang.
"Oh, aku?" jawab Didi tersenyum kecil, menggenggam bukunya erat-erat. "Aku baru saja baca buku,"
Ari bisa melihat bahwa Didi sedang memegang sebuah buku biografi tentang kisah salah seorang pedagang sukses. "Memang apa yang sudah kau baca dari buku itu?"
"Cukup banyak," ucap Didi tersenyum kecil. Matanya cenderung ke depan. "Aku sangat mengagumi kehebatan beliau dalam mengembangkan bisnisnya."
"Dan seberapa hebat orang itu?"
"Awalnya beliau hanya seorang pedagang kecil di pasar tradisional. Tetapi bertahun-tahun kemudian, beliau berhasil membangun pusat perbelanjaan ternama. Itu berkat kerja keras beliau yang luar biasa." Didi bicara sangat sopan, seolah menghormati kehidupan sosok di buku itu. Ia pun mulai melihat sampul buku biografi tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Didi(k) Ada Apa Denganmu?
Horror[Pemenang Wattys2020 - Horror] Nyawa seorang pemuda desa sedang terancam. Kehilangan kedua orang tuanya membuktikan kebenarannya. Bermula dari mitos sebuah keris peninggalan sosok paling perkasa tempo dulu, yang memicu aksi saling membunuh oleh para...