Selepas magrib, Didi bersama Priyanto pergi ke suatu tempat yang dipandu langsung oleh Cokro di depan mereka.
"Benarkah?" Priyanto terlihat seringai. "Bojo-mu sudah menemukan seorang penghasut yang mengganggu kita?"
"Benar. Dia baru saja kabari aku begitu," kata Cokro percaya diri. "Itu artinya kita akan segera bebas dari kutukan paling terkutuk itu!"
"Hurray! Hurray!"
"Sst, ini sudah malam. Jangan asal teriak-teriak!" sahut Didi kesal.
Beberapa lama kemudian, mereka mulai memasuki hutan. Cokro sempat menyalakan senter besar miliknya. Kemudian mereka kembali berjalan.
"Mengapa kita pergi ke hutan, pak? Aku pikir malah pergi ke rumah bapak." Didi mulai bertanya.
"Si penghasut sedang kami kurung di hutan ini. Sekalian kita akan hukum orang jahat itu," jelas pak Cokro.
"Maksudmu dihukum mati?"
"Iya, dengan cara kita."
"Tapi mengapa kita yang melakukannya? Apa lebih baik kita bawa kepada polisi?"
"Buat apa dibawa kesana, Didik?" Priyanto menyahut. "Mereka tidak akan percaya kutukan atau hal mistik yang kita alami."
Didi terdiam. Ia sebenarnya ingin tahu siapa orang penghasut yang memancing orang sepertinya untuk berkumpul di suatu titik agar kutukan bisa terlaksana. Soal keputusan dihukum dengan cara seperti apa, bergantung pada latar belakang dan gelagat sosok penghasut itu.
Sudah hampir setengah jam mereka menyusuri hutan yang gelap. Didi tidak bisa melihat apapun di belakangnya, sementara cahaya senter hanya menghadap ke depan. Lebih dari lima belas menit kemudian, mereka tiba di sebuah rumah Joglo tua yang tampak terang di tengah hutan yang menyelimuti sekelilingnya. Berdiri pula dua manusia perempuan yang menantikan kedatangan mereka.
"Akhirnya mereka datang juga!" ucap salah seorang perempuan yang lebih muda.
Cokro langsung menghampiri perempuan dewasa yang menjadi istrinya. Mereka tersenyum dan saling memuji. Didi hanya diam di tempat sedangkan Priyanto menonton mereka berdua.
Akhirnya mereka semua masuk kedalam rumah tua itu. Hanya ada satu ruang besar yang kosong dan bersih.
"Kita akan segera tahu siapa orang yang selama ini mengganggu kebebasan kita. Mari kita lihat di belakang rumah!" ajak Cokro yang gandeng tangan istrinya.
Mereka pun berjalan ke halaman belakang. Terlihat sebuah gubuk berdinding kayu tanpa jendela. Tempat itu jauh lebih gelap, justru menambah kesan angker. Didi bahkan tidak berani melihat ke depan karena ketakutan sekaligus penasaran dengan sosok yang sudah ditangkap.
Tunggu, ada bau bangkai disini, batin pemuda itu.
Anehnya, istri Cokro berdecak kesal karena suatu hal. "Dimana anak buah aku? Seharusnya mereka menjaga tempat ini," ucapnya geram.
Cokro menenangkan istrinya sejenak. Lalu ia berjalan ke depan pintu. "Baiklah, ini dia!"
Priyanto terlihat sangat bersemangat. Tangannya mengepal, siap untuk meninju orang penghasut itu. Gadis yang merupakan putrinya Cokro turut antusias. Sedangkan Didi hanya diam membeku.
Ketika pintu dibuka, justru yang keluar adalah suara wanita yang menjerit.
"TIDAK! KENAPA BISA MATI?!"
----00----
Ari masuk ke dalam kamar dengan pakaian yang sangat kotor. Ada luka lecet di siku tangan dan lehernya. Pemuda itu tidak merasa khawatir dengan dirinya sendiri. Namun ia justru prihatin ketika melihat Wijaya bersama kucing hitam yang juga masuk kedalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Didi(k) Ada Apa Denganmu?
Horror[Pemenang Wattys2020 - Horror] Nyawa seorang pemuda desa sedang terancam. Kehilangan kedua orang tuanya membuktikan kebenarannya. Bermula dari mitos sebuah keris peninggalan sosok paling perkasa tempo dulu, yang memicu aksi saling membunuh oleh para...