Bagian 4 - Pertanda Buruk

1.9K 271 15
                                    

Selasa, 28 Maret 2017.

Didi masih terlihat di sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Didi masih terlihat di sekolah. Berdiam diri seperti biasa di dalam kelas, duduk di kursi pojok kiri paling depan tepat berhadapan dengan meja guru. Orang yang duduk di sampingnya tidak masuk sekolah saat ini karena sakit. Dan sekarang sudah tiga hari bangku di sebelah Didi kosong.

Tidak ada aktivitas lain baginya selain diam. Ia memang jarang bergaul dengan orang lain. Bahkan hampir semua teman sekelas tidak ia kenal. Selama ia berada di sekolah itu, mereka seakan-akan tidak peduli dengan keberadaannya. Ia merasa asing, terkucil, dan tersingkir. Tidak ada gunanya dirinya bagi mereka, tidak peduli seberapa besar bakat dan kemampuan yang ia miliki. Hal ini mendapat imbas pada setiap tugas kelompok yang didapatinya. Ia memang tidak banyak membantu, tetapi sebagian dari mereka tidak segan untuk memberinya pekerjaan tertentu, setidaknya agar dia dianggap membantu kelompoknya dan mendapat nilai yang pantas.

Seperti yang terjadi sekarang, beberapa siswa memang ada di dalam kelas itu. Mereka saling bercengkrama dan sibuk dengan aktivitas masing-masing. Sebagian yang lain sibuk membahas persiapan ujian akhir kelulusan. Namun mereka semua tidak memperhatikan Didi yang berada di dekat mereka, seakan-akan anak itu tak lain hanya seekor semut kecil yang hanya sedang mondar-mandir.

Hampir semuanya, kecuali seorang berbadan besar yang berdiri di pintu kelas, mengamati Didi dengan tatapan penuh selidik.

"Nah loh, kak Bono kenapa tuh?" sahut Caca tiba-tiba, ikut berdiri di pintu.

Bono terdiam sejenak, rupanya sama sekali tidak terkejut. "Kalau berdiri di situ juga nanti di dalam kelas tambah sumpek."

"Duh apaan sih kak?" Caca merengut. "Kalau begitu, ayo pergi ke kantin! Cari yang dingin-dingin."

Bono berdecak kesal. "Sekarang musim hujan. Tidak baik beli minuman dingin."

"Tapi siang ini udara panas banget loh. Langitnya juga cerah. Sudahlah, ayo temani aku kesana!"

Bono hanya pasrah karena Caca langsung menariknya pergi. "Duh, mengapa tidak ajak teman sekelas kamu aja?"

Akhirnya Bono dan Caca hilang dari depan pintu.

Kembali pada sosok Didi yang pendiam. Sebenarnya ia sedang membaca surat yang terselip dalam buku tulisnya yang terbuka lebar.

~ Sekarang ayahmu dirawat di rumah sakit. Setelah pulang sekolah langsung mampir kesana ya. Kamu bisa tinggal di rumah paman untuk sementara.

~ Jangan sedih, ayahmu baik-baik saja saat ini....

----00----

Ekspresi Bono berubah dalam sekejap setelah menikmati segelas es susu coklat yang sangat segar. Ia mengakui, hari yang benar-benar terik membuat tubuhnya makin gerah jika tidak segera mendapatkan sesuatu yang sejuk.

"Sudah aku bilang, 'kan? Panas-panas begini enaknya minum yang dingin-dingin," ucap Caca.

"Baiklah, aku mengakui. Udaranya benar-benar panas saat ini. Kalau tidak ada minuman dingin begini...." Bono tidak melanjutkan ucapannya dan kembali menghabiskan minumannya. Ternyata sudah ada tiga gelas kosong di sebelah.

Didi(k) Ada Apa Denganmu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang