Bagian 21 - Sang Penghasut

830 136 0
                                    

Sabtu, 20 Juni 2020.

Di rumah Bono kedatangan tamu seorang gadis remaja, membawa sebuah kotak bingkisan di tangan.

"Aku ingin berikan sesuatu padamu." Gadis itu menyapa.

Caca dan Bono sudah berdiri di depan pintu rumah, menghadap gadis yang sebenarnya Caca kenal, namun tidak untuk Bono.

"Ah, kenapa repot-repot beri hadiah, Erni?" Caca menyambut tamu itu dan menerima hadiah itu.

"Ini aku berikan sebagai tanda permohonan maaf kami padamu, sekaligus terima kasih. Kamu sudah banyak membantu kami."

"Tidak masalah. Semoga kutukan kalian bisa hilang selamanya. Jadi benda yang kau cari sudah ketemu?"

"Sampai sekarang belum. Kami masih berusaha menemukannya," jawab gadis itu. "Kalau begitu, aku pergi dulu." Ia menatap Bono di samping Caca. "Saya pamit, Mas!"

Bono hanya mengangguk pelan, lalu menatap punggung gadis itu yang menjauh hingga terhalang oleh pagar rumahnya. "Dia siapa, Ca?"

"Teman baru aku. Pertama kali aku ketemu dia saat bersepeda keliling desa ini waktu itu," sahut Caca.

"Dan kutukan yang kau bilang tadi?"

Caca menatap kakak sepupunya dengan gemas. "Hmm, kepo banget sama teman cewek aku. Mengapa kak Bono tidak cari pacar aja sekarang?"

"Itu-itu mulu yang disinggung. Pasti omonganmu ini melantur lagi."

Bukannya membalas, Caca justru masuk rumah.

"Loh, kau ini?" tanya Bono kesal.

----00----

Nyali pemuda bertopi merah itu tidak luntur juga sejak satu jam lalu. Setelah menyusuri hutan yang rimbun nan kering, saat ini ia sedang berada tepat di depan rumah tua yang dipastikan menjadi tempat penjaranya sekian tahun lalu.

Ketika memasuki rumah tersebut, pemuda itu tidak mengira bahwa ruangan kosong di dalam rumah itu masih terlihat bersih. Pasti tempat ini sempat ditinggal seseorang, menurutnya.

Sebenarnya kedatangan pemuda itu di rumah tua itu memiliki tujuan tersembunyi. Selain mengingat kembali masa lalu mengenai penculikan yang dialaminya, ia juga penasaran dengan benda-benda yang tertinggal di sana. Mungkin saja ia memiliki petunjuk baru terkait kejadian tersebut. Ia mengira ada kemungkinan orang-orang yang menculik dirinya dulu memiliki kepercayaan mistik hingga mereka tega membunuh beberapa orang yang telah diculik mereka.

Setelah berpuas diri melihat isi dalam rumah tersebut, pemuda bertopi merah melangkah ke belakang dan menemukan sebuah rumah kecil. Ia tahu, itu adalah tempat dirinya dikurung. Seingat dia, dalam ruang kecil itu ada banyak peti yang memuat berbagai barang keras dan berat, termasuk senjata. Pemuda itu penasaran dan ingin menengok ke dalam rumah kecil itu.

"Siapa kau?"

Sampai tiba-tiba terdengar suara orang marah menusuk.

Pemuda itu segera berbalik dan melihat sosok paruh baya yang berdiri tegang. Namun reaksinya sendiri tidak berubah.

"Aku Satyo," jawabnya santai.

Anehnya, orang itu mengetahui sesuatu. "Ari Setyo."

Ternyata pemuda itu terkejut. Bagaimana orang itu tahu nama panjangku?

"Bapak siapa ya?" tanyanya.

Orang itu tersenyum, memperkenalkan diri. "Namaku Wijaya, anggap saja aku ini seorang pengintai. Jadi, kenapa kau datang kesini?"

Satyo merasa pria bernama Wijaya orang yang tepat untuk menjawab semua pertanyaannya.

Kemudian mereka berdua duduk di sebuah bangku panjang di belakang rumah tua itu. Mereka pun saling memberitahu maksud kedatangannya di tempat itu.

Didi(k) Ada Apa Denganmu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang