Kamis, 23 Maret 2017.
Hari itu cuaca sedang cukup bersahabat, walaupun sekumpulan awan hitam mulai tampak dari ufuk barat. Ari berjalan sendiri membawa sekitar dua lusin buku tulis untuk dikumpulkan di ruang guru. Sesampainya disana, ruang guru tampak sepi karena semua penghuninya sudah keluar sekolah. Setelah menaruh tumpukan buku tulis di salah satu meja guru paling belakang, Ari segera keluar dari ruang tersebut. Di depan pintu ia berhenti, sejenak mengangkat tas sekolah yang baru disadari terpasang di balik punggungnya sejak keluar dari kelas, lalu melihat jam tangan hitam di gelang tangannya. Ternyata sekarang sudah memasuki jam dua siang. Jam tangan hitam itu tampak sedikit retak, namun masih berfungsi dengan baik.
Ari begitu menyayangi jam tangannya. Benda itu bukan hanya sekadar aksesoris, melainkan juga membawanya kepada pengalaman-pengalaman tak terduga. Sudah sekitar tiga tahun ia memiliki jam tangan itu. Dan sepanjang ia memakainya ada beberapa kenangan yang sulit dilupakannya.
----00----
Tiga tahun lalu...
Jam tangan itu merupakan hadiah ulang tahun dari orang tuanya sejak Ari masih duduk di bangku kelas lima sekolah dasar. Ia selalu memakainya setiap pergi keluar rumah. Namun, jam tangan itu mengundang tangan jahil teman sebayanya karena jam tangan yang dipakainya terlalu besar.
Sempat kali, salah satu teman sekolahnya bertanya sesuatu. "Ari. Mengapa kau tidak beli jam tangan yang baru? Itu kelihatannya terlalu besar di tanganmu."
Ari yang masih mengamati jam tangannya membalas, "Tak lama lagi tanganku besar juga."
"Eh, Ari," sahut anak laki-laki lain yang memandang jam tangan itu, "sekarang jam berapa ya?"
Dengan cepat Ari menyembunyikan jam tangannya di balik punggungnya. Insting menyebut, anak itu tidak bertanya dengan sungguh-sungguh.
Anak laki-laki itu kembali bertanya, "Ah, cuma lihat jam tangan kok marah?"
Ari tidak mengetahui kalau seorang anak lelaki berkepala botak diam-diam mengambil jam tangannya yang memang terlihat kendur.
Dan sesaat kemudian jam tangan itu terlepas dari pemiliknya. Ari langsung berteriak, "Hei, kembalikan milikku!"
Anak itu tidak tinggal diam dan berusaha memakai jam tangan Ari sambil berlari menghindari pemilik benda itu. Mereka terlibat saling kejar. Baik si anak botak maupun anak yang bertanya padanya tadi, tertawa puas melihat Ari junior merengek dan memohon pada mereka agar mengembalikan benda kesayangan itu.
Setidaknya begitulah yang selalu terjadi setiap dia memakai jam tangan itu.
Setelah beberapa tahun, lebih tepatnya lulus dari sekolah dasar, ayahnya memberikan hadiah jam tangan baru yang lebih sesuai dengan usianya.
"Tapi ayah, aku masih mau pakai yang ini!" ucap Ari menolak pemberian itu. Ia menggenggam jam tangan lamanya erat-erat.
"Ari, itu terlalu besar untukmu. Pakai saja yang ini," balas ayahnya yang menunjukkan jam tangan baru itu. Ukurannya lebih kecil dan berwarna cerah.
"Yang lama lebih keren daripada yang itu," bentak Ari, masih membela miliknya yang lama. "Berikan saja pada yang lain!"
"Ari, itu jam tangan orang besar. Belum cocok buat kamu. Sekarang tengok, jam lama kamu sudah mulai rusak habis dipakai jahil sama temanmu."
Ari mendengus kesal, memandangi jam tangan besar lamanya yang masih terpasang di tangannya. Jam ini masih bagus, tidak ada yang rusak, pikirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Didi(k) Ada Apa Denganmu?
Horror[Pemenang Wattys2020 - Horror] Nyawa seorang pemuda desa sedang terancam. Kehilangan kedua orang tuanya membuktikan kebenarannya. Bermula dari mitos sebuah keris peninggalan sosok paling perkasa tempo dulu, yang memicu aksi saling membunuh oleh para...