Erni bersama kedua orang tuanya terkejut dengan keputusan itu. Mereka berusaha membujuk Caca agar berubah pikiran.
"Kami sebenarnya tidak melakukan kesalahan apapun. Semua itu gara-gara leluhur kami," sanggah Cokro.
Tiba-tiba Caca berdiri, "Kalau begitu, salahkan sama leluhur kalian! Karena masa hidup kalian telah dibatasi oleh sebuah kutukan darinya!"
"Kami tidak bisa menyalahkan mereka begitu saja." Giliran Manti yang protes. Suaranya terdengar serak. "Ini sangat tidak adil. Seharusnya kami tidak pernah mendapat kutukan dari leluhur kami. Siapapun orang yang memberikan kutukan ini, kami tidak akan memaafkan dia!"
"Erni. Dimana kakekmu? Dia pasti juga dikutuk seperti kalian?"
"Kakek?" ucap ayah Erni heran.
"Ah, itu. Maafkan aku." Erni lantas berdiri. " Aku berbohong soal itu. Sebenarnya kakek aku sudah meninggal bersama nenek. Mereka berada dalam satu mobil lalu menabrak seseorang yang masih satu leluhur dengan kami. Begitulah kutukan yang akan menimpa kami."
Seseorang yang ditabrak kakek dan nenek Erni adalah ayahnya Didi, temannya kak Ari. Caca mendesah. "Jadi kau berbohong rupanya?"
Erni mengangguk lemas, lalu memberi jarak pada Caca untuk memberi kesempatan keluar dari rumah tua itu. Namun Caca tidak kunjung menanggapinya.
Cokro dan Manti juga menatap gadis itu. Seandainya dia tidak bersedia membantu mereka, maka tidak ada harapan lain yang tersisa.
Bagaimana rasanya jika diriku bernasib sama seperti mereka? "Bagaimana bentuk keris itu?" respon Caca kemudian.
Ketiga orang satu keluarga itu terkejut. Namun Erni yang mulai menjawab. "Kamu mau terima pertolongan kami?"
Caca mengangguk. "Tidak sepenuhnya. Aku hanya berusaha memberikan bantuan kecil pada kalian. Karena aku pernah melihat sebilah keris sewaktu aku diculik." Ia kembali duduk, diikuti Erni di sampingnya. "Hanya memberikan petunjuk. Itu saja yang bisa aku bantu."
"Jadi, apa kamu tahu soal keris yang kami cari? Sebenarnya ada empat puluh keris yang disimpan di tempat ini." Cokro menjelaskan. "Semuanya berwarna gelap, kecuali satu, berwarna terang dan mengkilap. Kami sangat percaya bahwa itulah keris yang dimiliki Subagyo kala itu, orang yang dikutuk mati karena merebut paksa keris itu yang sebenarnya masih belum jadi. Sang empu yang membuat keris itu mengutuk orang itu hingga menurun pada semua keturunannya, termasuk kami.
"Kamu mungkin tidak melihat semua itu karena masing-masing disimpan dalam kotak kayu kecil. Sementara keris dengan logam terang itu kami pakai untuk membunuh semua orang yang telah kami culik. Terakhir kali aku melihat benda itu ketika akan bersiap untuk membunuh dirimu. Kami menaruhnya di gudang belakang rumah waktu itu." Ia berhenti sejenak. "Kamu tersinggung?"
Caca menggeleng pelan. "Tidak, lanjutkan."
"Kebetulan di tempat itu kami mengurung seorang bocah laki-laki. Ketika bocah itu bertemu denganmu, salah satu temanku mencoba menyerang si bocah dan mengambil keris istimewa itu. Namun aku melihat dirimu lolos lalu disusul si bocah yang membawa keris itu. Kami pikir kamu tahu dimana si bocah membawanya," tambah Pak Cokro.
KAMU SEDANG MEMBACA
Didi(k) Ada Apa Denganmu?
Horror[Pemenang Wattys2020 - Horror] Nyawa seorang pemuda desa sedang terancam. Kehilangan kedua orang tuanya membuktikan kebenarannya. Bermula dari mitos sebuah keris peninggalan sosok paling perkasa tempo dulu, yang memicu aksi saling membunuh oleh para...