Senin, 22 Juni 2020.
"Bos bilang dia diberitahu sama seorang perempuan yang tahu dimana keberadaan keris yang kita cari."
"Memang dimana keris itu sekarang?"
"Dulunya keris itu memang disimpan di tempat sini. Lalu dibawa kabur sama bocah yang kita culik dulu. Dan seseorang yang tau senjata itu bilang kalau ternyata sudah dibuang ke jurang tak jauh dari sini."
"Kalau begitu, bocah itu yang membawa keris itu siapa namanya?"
"Ari Setyo. Kabar dari tuan, anak itu sedang tinggal disini. Kita mungkin bisa menemukan dia dengan mudah."
"Oke. Pertama kita cari dulu benda yang kita cari. Tapi kita tak tau jurang yang mana. Hutan ini sangat luas soalnya."
"Karena itu kita harus menyusuri dulu jalan setapak yang sebelahnya ada jurang. Tapi kalau masih belum ketemu, kita langsung saja ke rumah bocah itu. Ayo!"
Akhirnya sepasang pria-wanita yang asyik berbicara keluar dari rumah tua di tengah hutan. Pakaian mereka serba hitam, mengenakan sepatu putih, dan membawa tas di punggung masing-masing.
Sayangnya pembicaraan mereka barusan telah didengar oleh seorang pria paruh baya bersama pemuda bertopi merah.
"Satyo, kau sudah dengar bukan? Mereka mulai mengincar dirimu," ucap Wijaya memperingatkan.
"Aku masih ingat kalau meninggalkan kerisitu di jurang. Tapi sepertinya mereka masih tidak tahu lokasi tepatnya." Satyo menjelaskan.
"Itu kabar bagus bagi kita. Kita harus segera menemukannya sebelum keduluan mereka." Wijaya berdiri tegak, siap melangkah kemana pun. Ransel coklat miliknya juga sudah siap di punggungnya. "Kau tahu dimana keris itu?"
Satyo menggeleng. "Aku sudah membuangnya tapi entah di jurang yang mana. Pikiranku sangat kacau saat itu jadi tak sempat memperhatikan sekitar."
"Berarti kau tidak ingat dimana kau menyelamatkan gadis yang diculik bersamamu?"
Pemuda itu berpikir sejenak. "Aku coba ingat lagi. Dari rumah ini, lurus ke depan ada pohon nangka. Habis itu serong kiri masuk jalan kecil yang langsung menghadap jurang. Sepertinya hanya itu yang aku tahu.... Oh iya, aku dan gadis itu bersandar pada batu hitam agak besar."
"Bagus. Kurasa hanya ada tiga titik jurang berbatu di hutan ini. Aku bisa tahu tempatnya. Ayo!"
Wijaya bergegas pergi mencari keris yang dicarinya, dengan seorang pemuda yang berada di sisinya. Titik pertama yang dimaksud berjarak satu kilometer dari rumah tua ke arah timur. Mereka cukup mengikuti jalur setapak yang mereka lewati. Sampai di lokasi, mereka menemukan jurang yang terlihat landai dan hanya sesak oleh semak-semak. Wijaya sempat menyisir tempat itu. Namun Satyo baru ingat bahwa jurang yang pernah ia datangi penuh dengan pepohonan rindang. Jadi di titik pertama dipastikan tidak ada keris yang mereka cari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Didi(k) Ada Apa Denganmu?
Horror[Pemenang Wattys2020 - Horror] Nyawa seorang pemuda desa sedang terancam. Kehilangan kedua orang tuanya membuktikan kebenarannya. Bermula dari mitos sebuah keris peninggalan sosok paling perkasa tempo dulu, yang memicu aksi saling membunuh oleh para...