Masih di tempat yang sama...
"Setiap kali terjadi kecelakaan selalu melibatkan dua orang saja, ditambah satu korban lain yang tidak terikat kutukan." Ruli kembali berpikir. "Korban itu bisa berupa manusia atau hewan, tergantung siapa yang disayangi mereka yang dikutuk. Dan korban itulah yang memancing mereka datang ke lokasi tabrakan."
"Apa korban tambahan itu bersekutu? Untuk memancing aku—dan Didi—agar mati di tempat itu?"
"Itu tidak tertulis dalam buku ini." Didi akhirnya menjawab. "Teman lamaku yang bernama Ari juga menjadi salah satu korban, walaupun ia tidak dikutuk seperti kita. Tetapi dia yang menyebabkan ibuku mati." Suaranya mulai bergetar. "Kalau dia bersekutu dengan sebuah kelompok yang memancing kita untuk melangsungkan kutukan itu, aku tidak akan memaafkan dia!"
"Lantas, bagaimana caranya menghentikan kutukan itu?" Giliran Ruli yang bertanya. "Semua yang tertulis di buku itu hanya spekulasi."
"Menurut buku itu, cara terakhir yang bisa dilakukan adalah membunuh kelompok penghasut—orang yang bertugas mengumpulkan target untuk melangsungkan kutukan." Priyanto malah menyahut. "Aku baru tahu bahwa orang-orang sebelum kita sudah berupaya menghentikan kutukan sial ini."
"Menyelenggarakan upacara doa dan pemberian sajen, mengungsi ke tempat yang jauh, membuat jebakan untuk menghindari tabrakan, bahkan menculik beberapa orang untuk menggantikan mereka yang dikutuk," tambah Didi. "Tapi semuanya gagal. Kecuali dengan cara bunuh diri yang dilakukan satu keluarga sejumlah lima anggota. Mereka mati tidak dengan ditabrak mobil atau apapun, melainkan meminum racun. Dan akhirnya masih terjadi tabrakan serupa namun digantikan oleh orang lain yang juga terkena kutukan yang sama."
"Itu mempercepat namanya!" kata Priyanto geram. "Seandainya mereka tidak bunuh diri, aku masih bisa hidup untuk tiga tahun berikutnya!"
"Pada intinya kita tidak akan bisa menghapus kutukan itu. Ayah dan ibuku juga sudah mencobanya. Menurut buku ini, mereka bekerjasama dengan anggota keluarga lain untuk menculik orang-orang sebagai pengganti dari mereka sendiri. Ada sepuluh orang yang diculik, dan delapan diantara sudah berhasil dibunuh. Sayangnya ketika akan mencoba membunuh dua anak kecil, mereka yang diculik berhasil kabur. Akibatnya salah satu rekan dari ayahku mati ketika mencoba kabur dari pengejaran polisi. Tentu saja dua anak itu selamat. Kenyataannya, ibu, ayah, dan satu rekan yang lain mati pada akhirnya, ditabrak mobil seperti biasanya. Semua orang yang telah mereka bunuh sebagai pengganti tumbal sama sekali tidak mempan," jelas Didi lebih rinci.
"Apapun itu, kita harus membunuh kelompok penghasut atau si pemancing itu!" Priyanto bersikeras. "Tapi siapa saja mereka?"
Ketiganya terdiam. Sejauh ini hanya Ruli yang merasa enggan untuk berdiskusi. Karena sejatinya dirinya tidak mendapat kutukan itu.
"Yang pasti bagian dari leluhur Subagyo atau Aryo. Pasangannya juga anaknya pun juga terkena imbas." Didi berpikir. "Nyatanya ibuku yang mulanya bukan dari leluhur dua orang itu—namun karena sudah menikah dengan ayahku yang murni keturunan Subagyo—juga ikut dikutuk dan akhirnya meninggal. Barangkali aku juga akan begitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Didi(k) Ada Apa Denganmu?
Horror[Pemenang Wattys2020 - Horror] Nyawa seorang pemuda desa sedang terancam. Kehilangan kedua orang tuanya membuktikan kebenarannya. Bermula dari mitos sebuah keris peninggalan sosok paling perkasa tempo dulu, yang memicu aksi saling membunuh oleh para...