Bagian 28 - Inilah yang Sebenarnya

724 132 0
                                    

Hawa dingin mulai menusuk di malam yang gelap gulita. Namun Wijaya kembali menelusuri hutan di saat seperti itu demi menemukan Ari yang hilang. Ia tidak memakai senter atau penerangan apapun, karena bisa saja ada orang asing yang langsung membunuh dirinya di tempat. Sebagai gantinya, ada salah satu kemampuan istimewa pada matanya yaitu melihat dalam gelap. Dirinya bisa melihat objek yang menyerupai warna kelabu pada malam hari. Sebuah tas juga tak luput dari tubuhnya.

Wijaya menyadari bahwa dirinya sedang terancam. Ada orang-orang jahat yang ingin menghabisi nyawanya hanya untuk hidup bebas dari kutukan yang sudah direncanakan bersama leluhurnya. Sayangnya ia tidak menginginkan itu terjadi, karena jika rencananya gagal maka tidak ada yang akan menerima kata ampun darinya.

Namun ia juga tidak menduga pemuda seperti Ari akan terkena imbas. Sejauh ini pemuda itu sangat membantu menjalankan rencana tidak langsung miliknya. Ia tahu pemuda itu sama seperti yang lain, menghentikan kutukan yang diterima keturunan Subagyo. Bagaimanapun, ia tetap kukuh menjalankan kewajibannya sebagai "Penghasut".

Bagaimanapun, ia tetap kukuh menjalankan kewajibannya sebagai "Penghasut"

Tiba-tiba pria itu langsung bersembunyi di balik pohon. Ia mencium objek asing di sekitarnya. Baru kali ini kemampuan tersebut kembali pulih sejak hilangnya Ari. Namun ia menyesal karena tidak sanggup memanfaatkan kemampuan itu untuk mencari pemuda itu. Ketika matanya melirik ke kanan dan melihat titik cahaya kecil dari jauh, sudah dipastikan bahwa objek itu adalah seorang pembunuh.

Wijaya mulai mengendap-endap, menembus kerumunan semak hijau yang mulai berisik. Tentu saja objek cahaya itu berhenti mendadak. Lalu cahaya itu mulai berpindah kesana-kemari, mencari sumber suara maupun gerakan. Tak lama kemudian, Wijaya sudah sangat dekat dengan obyek yang bersama cahaya itu, seorang remaja perempuan.

"MATI KAU!" Tiba-tiba gadis itu berseru lantang dan langsung menghunuskan pisau padanya.

Sayangnya ada satu kemampuan istimewa lain yang diwariskan dari leluhurnya—bukan dari Subagyo maupun Aryo. Yaitu kemampuan bela diri tingkat tinggi

Alhasil, gadis itu langsung tercekik dan bersandar di sebuah pohon. Sementara Wijaya mendorong lehernya untuk menahannya dan mulai melilitkan tali padanya. Berikut pisau yang terjatuh di sampingnya.

"Akh.. sialan kau!" maki gadis itu. "Kau tidak akan hidup lebih lama lagi. Nyawamu harus dicabut!"

"Huh.... Sungguh malang nasibmu, Erni Kartika!" balas Wijaya, baru selesai mengikatkan tali. "Sekarang kau sendiri yang tak akan bisa bebas. Tak lama lagi kematian akan menjemput!"

Gadis itu meraung-raung, ditinggal pergi oleh Wijaya yang berjalan santai membawa pisau miliknya sendiri. "Aku tidak akan mati, ingat itu!"

Setelah berjalan cukup jauh, Wijaya mengamati pisau Erni di tangannya. Bentuknya sama seperti pisau yang ada dalam tas Ari yang saat ini bertengger di punggungnya. Ia pun memasukkan pisau itu ke dalam tas lalu kembali melanjutkan pencarian.

----00----

Rabu, 29 Juli 2020.

Satu hari sebelum eksekusi.

"Ya ampun! Mengapa kau tiba-tiba datang ke rumahku? Tak beri kabar apa-apa juga?"

Itulah suara Bono yang sangat terkejut karena didatangi kembali seorang adik sepupunya yang hanya membawa tas sekolahnya.

"Ayo, kak! Kita harus cari kak Ari yang hilang kemarin!" pinta Caca mendesak.

"Apa? Darimana kau tahu kabar itu?"

"Ibumu. Kalau begitu, dimana kak Ari hilang?"

"Aduh. Mending kamu masuk saja dan istirahat dulu!" Bono menahan sepupunya. "Kita bisa cari bareng-bareng di lain waktu."

Didi(k) Ada Apa Denganmu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang