Bagian 7 - Rumah Sebenarnya

1.2K 229 2
                                    

"Saya Kartini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Saya Kartini. Kamu disini mencari siapa?"

Ari sedang berhadapan dengan seorang wanita paruh baya yang tidak ia kenal, bukan Didi maupun mbak Siti—orang yang terakhir kali bertemu di rumah itu.

"Apa mbak Siti ada di rumah?" tanya Ari penasaran.

"Mbak Siti? Oh, dia sudah pulang ke Jakarta," jawab bu Kartini.

"Pulang..?"

"Kamu tidak tahu? Dia keponakan saya yang sekolah di sini. Sekarang dia sudah lulus SMA dan akhirnya pulang ke rumah orang tuanya."

"Ibu kenal orang yang bernama Didi? Dia bilang rumahnya disini." Ari semakin penasaran.

"Kalau Didi tidak tinggal disini. Rumahnya tepat di belakang rumah ini. Tetapi sejak bapaknya meninggal seminggu yang lalu, rumah itu menjadi sangat sepi. Ibu belum tahu orangnya masih ada atau sudah ikut sama Siti. Mungkin coba kamu lihat dulu kesana." jelas bu Kartini.

Ari sempat terkejut. Namun dengan cepat ia kembali tenang. "Baik, Bu. Terima kasih."

Akhirnya Ari berpamitan dan pergi menuju ke belakang rumah tersebut. Dugaan selama ini ternyata benar. Didi pasti menyembunyikan sesuatu.

Ari melihat jalan setapak di samping rumah dan melewatinya. Disana ada hamparan sawah yang luasnya dua kali rumah yang baru saja ia datangi. Jalan setapak tersebut memotong sepanjang sawah tersebut dan mengarah menuju sebuah rumah tradisional Jawa yang cukup tua dari kejauhan. Ari bergegas menuju rumah itu walaupun harus menghadapi jalan setapak yang tertutup lumpur.

Sesampainya di tempat itu, mata Ari tak berkedip melihat rumah yang sudah tak berpenghuni. Ia berjalan pelan menuju depan pintu, memandangnya penuh kengerian. Setelah pintu tersebut bisa dibuka. Ia pun masuk dan melihat seisi rumah yang sudah kosong. Dugaan Ari semakin kuat bahwa Didi benar-benar pergi.

Benar saja, tidak ada apapun di dalam rumah itu. Semuanya terlihat kusam, berdebu, dan bercahaya remang-remang. Dinding kayu rumah itu tampak pucat dan termakan usia. Mungkin sekali diterpa angin puting beliung, rumah itu hancur berkeping-keping.

Ari berjalan pelan dan menangkap objek padat yang sangat menyentuh hatinya. Sebuah foto keluarga tergeletak di lantai. Ia bisa melihat pancaran kebahagian seorang anak dari foto yang terlihat kusam itu. Sedangkan ketika anak itu bertemu dengan orang lain, ia membalas dengan tatapan dingin nan mengerikan. Anak itu sedang kesepian, merasa kehilangan dengan dua sosok lain di foto itu.

Bertahun-tahun silam, di sekolah dasar.

Kembali lagi pada memori masa kecil Ari. Suatu ketika, ia pernah bertemu ibu anak itu.

Ari sedang berdiri di depan gerbang sekolah, menunggu jemputan ayahnya. Dari belakang berjalanlah sosok ibu yang mengenakan pakaian kebaya. Rambutnya terikat satu, namun lurus hingga sepanjang lehernya. Raut wajahnya terlihat lelah. Matanya mencari sesuatu yang sampai saat itu belum ditemukannya. Sampai akhirnya dirinya terlihat oleh ibu tersebut.

Didi(k) Ada Apa Denganmu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang