Bagian 15 - Tidak Sabar

999 166 5
                                    

Masih di hari yang sama, Caca hendak keluar rumah sebelum akhirnya Bono sukses menghadang dirinya di depan pintu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masih di hari yang sama, Caca hendak keluar rumah sebelum akhirnya Bono sukses menghadang dirinya di depan pintu.

"Eh, Caca. Tolong temenin aku sebentar!" pinta Bono mendesak.

"Mau kemana?"

"Beli kepiting di pasar baru."

"Mengapa tidak beli di supermarket dekat sini?" Caca mengernyit. "Kak Bono sering bilang kalau disana barangnya lengkap dan bermacam-macam."

"Tapi kepiting tidak selalu datang setiap hari. Hewan laut itu juga tidak dijual banyak di sana."

"Aku akan tetap cari disana, kebetulan aku juga mau pergi ke tempat itu. Sekalian ke rumah kak Ari—"

"Jangan pergi ke rumah Ari!" bentak Bono tiba-tiba.

Caca terkejut. "Kenapa tidak boleh? Aku hanya ingin tahu kabar kak Ari."

"Orangnya masih nggak ada di rumah. Kenapa pula pergi sekarang? Mending ikut aku dulu ke pasar baru," sentak Bono.

"Tau dari mana kak Ari nggak ada di rumah? Tapi mending kak Bono tetap pergi sendiri."

"Padahal aku ingin belikan sesuatu buat kamu juga."

"Eh?" Caca kebingungan. "Tumben begitu."

"Iya, beneran nih. Masa' tamu tidak diberi sesuatu dari tuan rumahnya."

"Apa ada masalah? Biasanya kalau pembicaraan berujung begini, pasti ada yang disembunyikan." Caca semakin penasaran. "Atau jangan-jangan, Ari sudah pulang ke desa ini?"

Bono kehabisan akal. Sebenarnya dia berharap agar Caca tidak pergi ke rumah Ari untuk alasan apapun. "Tidak begitu, Mischa. Tapi nanti aku coba tanya apa Ari akan datang kesini apa tidak. Oke? Dah ayo buruan berangkat, nanti mama aku tidak sempat masak kepiting rebus."

Caca hendak menyanggah sebelum tangannya ditarik oleh Bono dengan paksa. "Eh... Lepas kak! Tidak usah buru-buru begitu dong."

----00----

Hari semakin terik. Mereka berdua terlihat keluar rumah. Didi menutup pintu dan hendak menguncinya, tetapi Priyanto langsung menghentikannya.

"Aku tidak akan pergi lama-lama. Hanya ingin melihat rumah lamamu di belakang," kata Priyanto.

"Aku pikir Pak Yanto mau ikut denganku. Mungkin aku perginya agak lama, soalnya jarak ke supermarket baru lumayan jauh. Barangkali kita bisa makan siang langsung disana." Didi menyarankan.

"Aku masih kenyang sampai kau pulang nanti. Pergi saja, jangan ulur waktu!"

Didi mengangguk. "Aku pergi dulu."

Mereka berdua pun berpisah. Kunci rumah masih dibawa Didi. Namun karena rumah tidak dikunci, Priyanto tidak perlu cemas jika ingin kembali masuk ke dalam rumah.

Didi(k) Ada Apa Denganmu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang