TIGA

13.6K 855 24
                                    

Rania menatap layar komputernya dengan sangat fokus membuat Arvin Aksavaro menatap wanita itu dengan curiga. Pasalnya, Arvin tak pernah menemukan seorangpun anak buahnya yang menatap komputer dengan penuh minat jika berkaitan dengan kerjaan, terlebih jika sedang jam istirahat makan siang seperti ini. Pria itu dengan pelan mendekati sumber titik fokus tatapan Rania.

"Kantor memberi fasilitas berupa komputer untuk kerja bukan nyari jodoh"

Rania terlonjak kaget saat mendengar suara berat yang tak asing bagi gendang telinganya. Wanita itu langsung berbalik dan mendapati sosok Arvin sedang berdiri menjulang tepat dibelakangnya.

"Eh Pak Arvin kan saya sedang bekerja mencari jodoh" kilahnya dengan cengiran salah tingkah.

"Bapak mau saya carikan jodoh?" tanya Rania dengan senyum mengembang dan tatapan mata penuh binar.

"Nggak. Mana mungkin saya percayakan hal tersebut pada jomblo seperti kamu" jawab Arvin dengan sadisnya membuat Rania menatap tak suka pada sosok bos tampannya ini.

'Dasar Lee Min Ho kw super' rutuk Rania dalam hati.

"Kamu nggak makan siang?" tanya Arvin yang jadi betah menginterogasi Rania.

"Lagi musim panceklik, pak. Gajian nggak bisa dipercepat ya, pak?" jawab Rania asal. Meskipun ia tidak berbohong, uang gajinya sudah menipis dan ia mulai harus berhemat.

"Ya nggak bisalah. Lagian kamu masih muda tapi hidup kok boros banget" ucapan Arvin membuat Rania mendelik.

"Mo'on maap ya pak. Saya itu bukan bapak yang dari masih dalam bentuk sperma udah menjadi pewaris tahta. Apalah daya saya sebagai sobat misqueen ini" ucap Rania sambil tetap sesekali mendelik kearah Arvin.

"Oh iya saya lupa kamu rakyat jelata" balas Arvin dengan muka datarnya membuat Rania menahan diri untuk tidak melemparkan vas bunga kecil dimejanya.

Tatapan Arvin berubah fokus pada layar komputer Rania.

"Devan Hail" ucapnya.

Rania yang mendengar nama Devan dan melihat fokus pak bosnya berubah dari dirinya ke komputernya membuat wanita itu juga mengubah fokusnya.

"Siapa?"

"Teman" jawab Rania singkat.

"Mangsa?"

Rania memutar bola matanya jengah "memangnya saya predator"

"Daripada koruptur" balas Arvin sambil bercanda namun dengan ekpresi datarnya.

"Kan kamu sedang berburu" timpal Arvin lagi.

"Lah bapak kenapa nggak berburu-buru? Jangan bilang sukanya diburu. Idih...masa kalah sama saya yang statusnya perempuan" ucapan Rania sukses membuat Arvin mendelik tidak suka padanya.

Arvin hanya diam sambil memainkan handphonenya. Sementara Rania melanjutkan siraman rohaninya.

"Bapak tuh udah mapan, tampan, beriman pula. Sayang aja kalau nggak nikah. Kasihan jodoh bapak tuh nungguin dijemput. Umur juga udah 33 tahun, jauh lebih tua dari pada saya. Udah tua pak, udah pas. Jangan sampai nanti jadinya kadaluarsa gara-gara ketuaan"

Arvin menatap Rania sepanjang wanita itu nyerocos tak berbobot "Udah? Saya jawab ya?"

"Saya nggak nanya. Itu bukan pertanyaan" sela Rania.

Arvin memejamkan matanya sebentar menenangkan gejolak kejiwaannya "Kelamaan bergaul sama Abi nih kamu jadi rusak otaknya"

Rania mengerucutkan bibirnya mendengar ucapan Arvin.

"Pertama, saya nggak pernah bilang kamu lebih tua dari saya. Saya sadar betul kalau saya lebih tua dari kamu. Kedua, memang kamu sudah siap nikah?" tantang Arvin.

Rania dengan pedenya menjawab "Siap dong. Apalagi kalau yang melamar sesuai dengan kriteria saya"

"Memangnya apa kriteria kamu?"

"Tampan, mapan, beriman plus setia sama pasangan" jawab Rania dengan mantap.

"Saya dong kalau begitu" timpal Arvin sambil menunjuk dirinya.

"Iya kayak bapak gitu. Tapi sayang bapak kecut. Coba kalau manis pasti saya kepincut. Coba deh Pak Arvin rajin-rajin senyum pasti kayak..."

"Orang gila" potong Arvin langsung tanpa mendengar kalimat lengkap yang akan diucapkan Rania. Padahal maksud Rania ingin bilang kalau Arvin bakal mirip Lee Min Ho yang sedang tersenyum.

"Tapi sayangnya kriteria istri idaman saya bukan kamu" ucapnya lalu berdiri meninggalkan Rania yang duduk terperangah dikubikelnya sendiri.

"Sabar Rania sabar. Orang sabar rezekinya lebar, jodohnya lancar" ucap Rania sambil mengelus-elus dadanya yang terasa panas membara.

Rania mulai kembali menekuri pekerjaannya. Baru beberapa menit ia berfokus pada angka dan kata dalam laporannya, sekotak ayam geprek mendarat dimejanya. Ia menoleh pada sang pembawa makanan.

"Kok datang lagi?" ucap Rania ketus.

"Ah tau nih. Pasti mau pamer makan siang kan? Jahat emang" lanjut Rania lalu mengubah fokusnya dari wajah pak bosnya ke depan komputernya.

"Buat kamu" ucap Arvin lalu berjalan masuk menuju ruangannya.

"Nggak dikasih peletkan ini Pak?" tanya Rania dengan nada sedikit nyaring. Berhubung sepi hanya ada dia dan Arvin jadi aman ngomong pakai teriak-teriak.

"Nggak"

"Nggak diracun juga kan?" tanya Rania lagi yang meragukan kebaikan dadakan Arvin.

"Nggak"

"Nggak dipotong dari uang gaji kan?" Rania kembali bertanya membuat Arvin geram dan berbalik menatapnya dengan tatapan kesal.

"Nggak. Apalagi?" tanya Arvin kesal.

"Tumben bapak baik banget mau nafkahin saya. Sering-sering ya pak nafkahin saya. Saya suka kok dinafkahi" jawab Rania sambil tersenyum senang.

"Kalau kamu mau saya nafkahin, sini ijab qobul sama saya" timpal Arvin.

"Kok saya? Kan harusnya bapak sama bapak saya yang jabat tangan saat ijab qobul. Eh atau dengan penghulu ya. Saya lupa pak, maklum belum pernah nikah" jawab Rania sambil nyengir.

Arvin membalikan badannya "Nanti malam kita lembur lagi"

Rania melotot, benarkan Arvin tidak mungkin melakukan kebaikan dengan sia-sia tanpa pamrih.

"Nggak mau. Ambil aja lagi itu makanannya. Saya nggak mau lembur" teriak Rania yang melihat Arvin sudah berada di ambang pintu ruangannya.

Arvin berbalik hendak menutup pintu ruangannya. Namun sebelum menutup pintu ruangannya, pria itu berkata "Kamu makan atau tidak, nanti malam wajib lembur"

BRAK!

Pintu ruangan itu tertutup tepat saat wajah Rania masih terperangah. Ia duduk sambil meniup-niup poninya dengan penuh emosi. Dibukanya facebook dan diketiknya sebuah pesan kepada Devan.

'Kamu nggak niat nikah Dev? Aku siap nikah dan ikut kamu ke Pakistan. Lamar segera sebelum aku berubah pikiran nih'

_Rania_

PERFECT MISTAKE (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang