SEPULUH

11.7K 746 11
                                    

"Good morning princess" sapa Devan melalui sambungan video call.

"Good morning too for you" balas Rania

"Jadi, ada apa? tumben video call? Biasa juga cuma ngirim pesan teks" ucap Rania sambil merapikan poninya.

"Jangan bilang kalau kamu mulai merindukan wajah cantik seorang Rania Andrelia"

Devan tertawa mendengar ucapan Rania.

"Jadi, niatku ini ketahuan ya?" ucap Devan menanggapi candaan Rania.

"Otak kamu transparan sih" balas Rania sambil tertawa.

"Apa sahabat aku tercinta itu masih ganggu kamu?" Rania sekarang berfokus menatap wajah Devan.

"Iya. Bisakah kamu menyuruhnya berhenti, Rania. Dia sangat mengganggu dan aku sangat terganggu" keluh Devan.

"Memang apa yang dia lakukan? Bukankah kamu telah memblok semua akunnya?" tanya Rania dengan nada penasaran.

"Iya. Kamu tau apa yang dia lakukan? Dia menghubungiku dengan akun lain. Berkali-kali dalam rentang waktu beberapa hari ini.Aku harus bilang ini karena aku udah nggak sanggup lagi diteror seperti ini. Aku risih, Rania. Tolonglah bicara padanya. Lupakan aku. Lupakan Devan Hail" ucap Devan dengan nada memelas.

Rania tersenyum melihat betapa mengenaskannya pria tampan itu.

"Mau bagaimana lagi Dev, Arlin sangat percaya bahwa Devan Hail adalah takdirnya" ucap Rania sambil tertawa. Ia sangat senang sekali melihat wajah tampan itu kesal hanya dengan satu kalimat sederhana ini.

"Hentikan Rania. Aku sangat muak mendengarnya" ucap Devan kesal.

"Oke. Oke. Baiklah. Kenapa sih Dev? Arlin itu cantik. Banget malah. Imut-imut. Nggak ada yang salah dengannya. Kenapa juga kamu selalu berkata tidak tertarik padanya" Rania sungguh penasaran dengan hal ini. Biasanya seorang pria akan sangat luluh pada wanita cantik. Lihat saja si Abi yang playboy itu, ia tidak akan pernah menyiayiakan wanita cantik yang jatuh hati padanya.

"Rania. Apa kamu akan tertarik, jatuh cinta, berkencan dan bahkan menjalin hubungan hanya karena dia adalah pria yang tampan? Apa kamu akan langsung merasa nyaman hanya karena pria itu tampan?" tanya Devan masih dengan nada kesal.

Rania tanpa perlu berpikir langsung menjawab tidak.

"Tentu saja tidak. Bagiku yang terpenting adalah sifatnya, urusan fisik itu nomor sekian. Fisik bisa diperbaiki tapi kalau watak itu cenderung permanen dan sulit diperbaiki" jawab Rania.

"Then you get the answer, princess. Aku juga begitu. Kita itu sama tau, sehati dan sepemikiran" ucap Devan sambil tersenyum.

"Eh tau nggak Dev. Masa Arlin bilang kamu itu suka sama aku sih cuma karena sikap kamu ke aku lebih manis daripada sikap kamu ke dia. Ada-ada aja" ucap Rania sambil geleng-geleng kepala tak habis pikir dengan pemikiran Arlin.

"Memangnya kenapa kalau aku ada rasa sama kamu? Dia juga bukan siapa-siapa, kenapa harus cemburu, nggak ada ikatan apa-apa juga. Lagipula kan yang kenal dengan aku duluan itu kamu Rania bukan dia. Bukan kamu pihak ketiganya tapi dia" ucap Devan dengan santainya.

"Memang kamu ada rasa apa sama aku?" tanya Rania penasaran.

"Rasa sayang" jawab Devan dengan entengnya.

Rania menyipit menatap ekspresi Devan "Iya juga sih. Rasa sayang kepada teman. Satu rasa kita"

Devan tersenyum mendengar ucapan Rania.

"Eh udah dulu ya, aku harus pergi kerja nih. Dah tampan" pamit Rania.

"Have a nice day, princess" ucap Devan sambil memberikan senyum termanisnya.

Rania segera turun kelantai bawah untuk berpamitan kepada orang rumahnya. Setelah berpamitan, Rania segera pergi kekantornya.

"Pagi semua" sapa Rania dengan nada riang.

"Pagi. Udah sehat Ran?" tanya Lioni.

"Lah memangnya siapa yang sakit?" tanya Rania bingung.

"Habis kemaren kamu kelihatan lemes gitu kayak orang kurang darah" ucap Lioni.

"Memangnya Rania vampir apa pakai acara kurang darah. Lu nyemilin darah Ran?"

Rania melotot menatap rekan kerjanya yang satu-satunya pria namun rempongnya bisa ngalahin emak-emak.

"Apa sih lo Bi? Nyambung aja. Mana nggak nyambung tapi" omel Rania.

"Apa sih Ran ngomel-ngomel mulu, cepat tua loh ntar" ucap Abi.

"Tapi hari ini ceria banget, ada apa?" tanya Shanza yang ikut nimbrung dalam pembicaraan.

"Habis ditelpon pria tampan tadi sebelum ngantor" ucap Rania asal.

"Siapa?" tanya Lioni dan Shanza serempak.

"Alah..paling pak bos alias Arvin Aksavaro" ucap Abi.

"Sembarangan banget ya mulut lo kalau ngefitnah. Eh...dengar ya, pria di hidup gue bukan cuma si Arvin doang" omel Rania kesal.

"Iyalah, kan ada gue juga di hidup lo. Masa pria setampan gue ini tidak diperhitungkan" ucap Abi kepedaan.

"Ihhh...jijik" ucap Rania dengan ekspresi tak sudi.

"Tega nian kau adinda kepada kakanda mu ini" ucap Abi dengan berakting memasang muka memelasnya.

"Jadi bukan Pak Arvin nih?" tanya Shanza memotong pertikaian antara Rania dan Abi.

"Ya bukan lah. Mana mungkin Pak Arvin" jawab Rania mantap dan cepat.

"Apanya yang mana mungkin saya?" ucap suara datar nan tenang yang semua penghuni ruangan itu tau bahwa sang pemilik nama yang dari tadi mereka sebut-sebut telah muncul.

Semua mata langsung tertuju kepada Arvin yang pagi ini tetap tampan luar biasa meskipun tatapan pria itu luar biasa tajam.

"Itu loh pak, jadi ceritanya gini.Si Rania ini..." ucapan Abi terpotong karena interupsi dari Rania.

"Ih apaan sih Ran, kok lo nyubit-nyubit paha seksi gue. Jangan pegang-pegang ya, kita bukan muhrim. Haram, dosa tau" ucap Abi sambil menyingkirkan sebelah tangan Rania yang sedari tadi berusaha menyubitnya.

"Jadi, si Rania kenapa?" tanya Arvin lagi yang masih berdiri didepan seluruh anggota timnya.

"Jadi, si Rania hari ini ceria banget. Ceria kembali karena katanya tadi pagi sebelum ngantor, si Rania ditelpon oleh pria tampan pakai bangetz" ucap Abi dengan nada yang dilebih-lebihkan.

Rania langsung melotot "Eh, gue nggak bilang bangetz ya. Gue cuma bilang pria tampan. Nggak pakai kata 'bangetz'"

"Oh, baru juga ditelpon pria tampan bukan ditelpon jodoh kamu. Nggak usah terlalu jomblo ngenes gitu dong Ran" ucap Arvin dengan santainya dan berlalu memasuki ruangannya.

Rania mendengus seperti banteng melihat bendera merah. Mau dimaki tapi Arvin posisinya lebih tinggi dari dirinya.

"Sabar, Ran, sabar. Orang sabar rezekinya lebar, jodohnya pun lancar'" ucap Rania untuk menyenangkan hatinya sendiri.

PERFECT MISTAKE (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang