24

10.5K 757 17
                                    

Setelah kejadian itu, Rania berhari-hari berusaha menelpon Arlin namun nomor wanita itu tidak aktif begitu juga semua dengan aplikasi sosial medianya. Membuat Rania kian cemas namun saat ini, ia sedang menemani Arvin rapat diluar kota, Bali. Bahkan keindahan Bali tak sanggup menghalau galau dalam benak Rania. Sikap Arvin juga tak kunjung membaik kian dingin dan semakin dingin.

Seharian ini Rania mendampingi Arvin rapat serta survey lapangan dan menyusun laporan bersama pria itu. Hingga jam 22.00, saat ia sampai di kamar hotelnya, Rania rasanya ingin segera berlabuh kealam mimpi. Entah itu mimpi buruk atau indah, Rania hanya ingin tidur. Itu saja. Namun niatnya terhalang oleh bunyi ponselnya sendiri.

"Ada apa Ma?" tanyanya pada mamanya.

"Kamu kapan pulang Ran?" tanya mamanya dengan nada yang terdengar gelisah.

"Besok sore Rania pulang kok Ma. Doa kan lancar ya Ma" ucap Rania sambil menggeliat menikmati empuknya kasur karena seharian ini punggungnya belum menyentuh kasur.

"Iya. Ran? Duh Mama bingung ngomongnya. Takut ganggu konsentrasi kamu"

Rania mengernyit khawatir mendengar nada khawatir mamanya.

"Ada apa sih, Ma?" tanya Rania yang jadi ikut khawatir dan berdebar-debar.

"Itu, kawan kamu si Arlin lagi kritis di rumah sakit"

Rania yang awalnya sedang nikmat-nikmatnya meluruskan tulang punggungnya langsung duduk tegak mendengar ucapan Mamanya.

"Hah? Seriusan Ma? Mama tau dari siapa? Kenapa bisa masuk rumah sakit?" tanya Rania panik. Firasatnya mulai tidak enak.

"Pas belanja di pasar, Mama ketemu sama Mamanya Arlin. Lalu Mamanya Arlin cerita Ran. Katanya Arlin berniat bunuh diri. Tapi alasannya masih belum diketahui karena sampai sekarang si Arlin masih koma" ucap Mamanya.

Tubuh Rania seketika menegang. Matanya memanas. Jantungnya berpacu. Hanya satu pemikiran yang terlintas dalam benaknya 'mungkinkah ini karenanya dan Devan?'

Diputusnya sambungan telpon. Rania segera keluar dan menggedor pintu kamar Arvin. Saking paniknya, Rania lupa bahwa ia cukup memencet bel tanpa bersusah payah menggedor pintu kamar Arvin.

Wajah lelah Arvin langsung berubah jadi panik saat ia membuka pintu dan Rania sudah hampir menangis dihadapannya.

"Pak, saya mau izin balik ke Jakarta malam ini juga" ucap Rania dengan suara bergetar.

"Tapi kenapa Ran?" tanya Arvin sambil membawa Rania masuk kedalam kamar hotelnya.

"Saya mau pulang" ulang Rania lagi namun kali ini air mata yang berusaha dibendung Rania mulai menetes, mengaliri pipi mulus wanita itu.

"Tapi ini udah malam Ran. Besok juga kita pulang" ucap Arvin yang berniat menenangkan Rania. Namun Rania malah menatapnya dingin.

"Bapak nggak tau apa yang saya rasakan. Memangnya apa sih yang bapak tau selain bersikap dingin dan nggak mau tau dengan perasaan saya dan segala permasalahan yang saya hadapi" ucap Rania sambil menangis. Air mata Rania kian deras.

Arvin yang tidak tau harus berbuat apa pada akhirnya membawa Rania dalam dekapnya.

"Iya saya minta maaf. Tapi kamu kenapa sih Ran? Jangan buat saya panik" ucap Arvin yang mulai khawatir.

"Teman saya sepertinya mau bunuh diri karena saya. Karena kebohongan saya dan Devan. Saya nggak bermaksud membohonginya" ucap Rania disela tangisnya.

"Saya dan Devan hanya berpura-pura berpacaran dengan harapan agar Arlin bisa move on dari Devan. Sama sekali nggak ada niatan buat rebut Devan. Saya bahkan nggak ada rasa cinta sedikitpun pada Devan" Rania masih menumpahkan unek-uneknya ditengah tangisnya.

"Salah saya yang memberi ide kepada Devan agar Devan mencari pacar kalau perlu calon istri agar Arlin menjauh darinya. Ide itu juga muncul karena saya merasa bersalah pada Devan yang dikejar-kejar terus-terusan oleh Arlin. Saya selalu merasa bersalah pada Devan setiap pria itu mengeluh bahwa ia terganggu dan risih. Devan menerima ide saya dengan catatan bahwa yang menjadi pacar Devan adalah saya. Karena saya yang telah memperkenalkan Devan pada Arlin maka Devan bilang saya harus ikut bertanggung jawab dalam menyelesaikan permasalahan ini" ucap Rania ditengah tangisnya. Rania bahkan harus mencengkram kaos Arvin dan wanita itu bercerita ditengah tangisnya yang sesenggukan. Hati Arvin rasanya ikut teriris sedih melihat kondisi Rania dan mendengar tangis yang begitu menyedihkan dari Rania. Dielusnya punggung Rania sementara Rania masih mencengkram erat kaosnya dan menyembunyikan wajahnya pada dada bidang Arvin.

"Saya benci karena merasa bersalah atas semua hal yang terjadi ini. Saya benci harus merasa bersalah karena telah mengenalkan Devan pada Arlin padahal niat saya awalnya baik. Arlin ingin berteman dengan orang asing untuk meningkatkan kemampuannya berbahasa inggris. Dan sebagai teman yang baik, saya memilihkan yang terbaik diantara semua teman asing yang saya punya. Dan Devan adalah pria asing terbaik yang pernah saya kenal. Saya juga tidak menyangka bahwa pada akhirnya Arlin akan tergila-gila pada Devan dan malah menjadi serumit ini. Saya nggak tau. Saya nggak tau, Pak" Air mata Rania masih mengalir deras.

Arvin mengelus puncak kepala Rania dengan lembut dan penuh kasih "Ran, semua yang terjadi bukan salah kamu. Semua ini terjadi atas kehendak Allah, Ran. Jangan menyalahkan siapa-siapa"

Lama Rania menangis dalam pelukan Arvin hingga wanita itu kelelahan dan tertidur dalam pelukan Arvin dalam kondisi mata dan pipinya basah. Bahkan mata Rania terlihat sembab. Digendongnya dengan hati-hati tubuh Rania. Arvin membaringkan tubuh Rania ditempat tidurnya dengan hati-hati. Dihapusnya sisa-sisa air mata dipipi Rania. Arvin mengambil tisu dan dilapnya peluh Rania. Dibelainya lembut puncak kepala gadis itu.

"Aku minta maaf, Ran" ucapnya lirih menyesali sifat dinginnya kepada gadis yang saat ini sedang terbaring tak berdaya dihadapannya.

Malam itu, Rania tertidur dengan mimpi buruknya. Rania pernah jatuh cinta namun tak pernah sedahsyat dan sedalam yang Arlin rasakan pada Devan. Namun benarkah apa yang dirasakan dan diyakini Arlin terhadap Devan adalah cinta? Pada titik ini, Rania sadar bahwa ia tidak tau apapun mengenai cinta. Yang Rania tau sekarang peraturan pertama dalam jatuh cinta adalah : cintai dirimu sendiri.

PERFECT MISTAKE (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang