DUA PULUH TUJUH

12.8K 799 33
                                    

"Malam ini mau kemana?" tanya Arvin pada Rania yang sedang bersiap-siap pulang.

"Oh, saya mau ke rumah Arlin, pak. Udah seminggu saya nggak kesana" jawab Rania sambil tersenyum canggung. Setiap melihat Arvin, ingatannya yang menangis didalam pelukan Arvin terus berputar dalam otaknya. Diam-diam Rania merutuki kelakuannya yang menangis dalam pelukan Arvin, bosnya.

"Jam berapa?" tanya Arvin lagi.

Meskipun Rania bingung atas interogasi Arvin, wanita itu tetap menjawab pertanyaan Arvin. "Jam setengah 7 pak"

Arvin terlihat berpikir sejenak "Kalau perginya jam setengah 8 gimana? Bareng saya"

Rania mengerjap-ngerjap bingung. "Hah? Maksud bapak gimana?"

"Saya antar, Rania" jelas Arvin.

"Tapi ngapain bapak ngantarkan saya. Rumah saya dan Arlin dekat. 15 menit juga nyampai. Pakai jalan kaki juga bisa" papar Rania bingung.

"Ya nggak apa-apa. Pulang dari rumah Arlin, kamu temankan saya keliling Jakarta mengisi malam minggu saya. Ingat jangan pergi sebelum saya jemput" ucap Arvin lalu berlalu meninggalkan Rania yang masih terbengong-bengong.

"Bos aneh" rutuk Rania.

Namun meskipun kali ini Rania merutuki Arvin, diam-diam senyum manis merekah diwajah cantiknya.

~~~

"Ran...Rania..." panggil mamanya dengan heboh saat memasuki kamar anak semata wayangnya.

"Apa sih Ma?" tanya Rania yang sudah siap dengan celana jeans dan baju kaos polos.

Mama Rania menatap putrinya dengan kening mengernyit. "Ran, kok kamu mau pergi kencan tapi gayanya nggak banget gini sih?"

Kali ini, Rania yang dibikin pusing dengan pertanyaan mamanya.

"Siapa yang mau kencan sih, Ma? Rania tuh mau kerumah Arlin. Ngapain juga harus cantik-cantik" tanya Rania bingung.

"Itu dibawah ada pria tampan bernama Arvin lagi nunggu kamu. Calon mantu mama kan itu?" tanya mamanya.

"Hush. Mama jangan sembarangan dong. Ntar kualat. Itu bos Rania bukan calon mantu Mama" jelas Rania.

"Tapi kok firasat mama mengatakan kalau dia calon mantu mama ya. Firasat seorang ibu nggak pernah salah Ran" ucap mamanya dengan pede membuat Rania tertawa.

"Apaan sih Ma. Ngaco deh. Udah ah Rania mau turun dulu. Kasihan itu pak bos nunggu lama" ucap Rania yang hendak pergi menemui Arvin.

"Eitsss...tunggu dulu" dengan sigap mama Rania menarik lengan anaknya.

"Apaan lagi sih Ma?" tanya Rania setengah kesal.

"Ei..ei..nadanya yang sopan sama orangtua" tegur mama Rania. Rania langsung manyun sambil mengucapkan 'maaf'.

"Ganti baju kamu. Sebentar, mama pilihkan" ucap mamanya lalu berjalan menuju lemari pakaian Rania.

"Ma, udah nggak ada waktu. Kasihan Arvin sendirian nunggu dibawah" rengek Rania.

"Calon mantu mama itu lagi pendekatan sama papa kamu. Biarkan dia pendekatan sama calon bapak mertuanya" ucap mama Rania dengan pedenya.

"Sekarang, ganti baju kamu" titah Mama Rania.

Rania dengan pasrah masuk ke kamar mandi dan mengganti pakaiannya dengan dress selutut tanpa lengan berwarna coklat dibagian depan dan hitam polos pada bagian belakang dengan ukiran bunga sederhana pada bagian atas dikiri dan kanannya serta dihiasi pita berwarna hitam dipinggangnya.

PERFECT MISTAKE (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang