DUA PULUH

10.4K 786 41
                                    

Setelah berhari-hari terkurung dilantai yang sama dengan Arvin, kali ini Rania melancar misinya agar bisa makan siang bersama divisi CFO.

"Pak Arvin" Rania memanggil nama Arvin dengan manis serta senyum manisnya juga ikut mengembang.

"Ada apa?" tanya Arvin datar namun Rania berhasil membuat Arvin menatapnya.

"Saya mau makan siang dibawah" ucap Rania dengan nada memelas manja karena menurut artikel yang Rania baca melalui internet bahwa cara menaklukan pria adalah dengan bermanis-manis. Pria nggak bisa dilawan dengan keras sehingga jika biasanya Rania adalah Rania yang pembangkang terhadap Arvin. Kali ini Rania ingin menjadi Rania si gadis manis.

"Kamu pesanan makanan diantar kesini kan bisa" ucap Arvin masih tidak mengizinkan Rania turun.

"Bapak. Saya kan mau bergosip. Mulut saya ini rasanya pegal udah berhari-hari nggak ngegosip. Otot-otot disekitar bibir saya mulai tegang karena udah kelamaan nggak dipakai ngegosip" ucap Rania masih mempertahankan gaya manis manjanya.

"Ya udah. Tunggu bentar. Saya juga mau makan dibawah" ucap Arvin.

Rania keluar dari ruangan Arvin dengan cemberut. Maksud Rania kan seharusnya hanya dia saja yang turun kebawah tidak sepaket dengan Arvin Aksavaro.

"Dasar bos posesif" rutuknya.

~~~

Sesampainya Rania dan Arvin ditempat para anggota grup REMPONG langsung menimbulkan kehebohan diantara Abi, Shaza dan Lioni sementara Devan hanya menyaksikan dalam diam.

"Wuisss....ada couple of the year kita nih" ucap Abi yang langsung heboh menyambut kedatangan Rania dan Arvin.

"Bos dan sekretarisnya. Asik...udah kayak dunia pernovelan dan perdramaan korea nih" Lioni kembali menimpali.

"Selamat ya Ran. Akhirnya kekosongan hati kamu ada yang mengisi. Setelah sekian lama berdebu" Shaza juga ikut-ikutan menggoda Rania.

"Apaan sih kalian semua. Kalian digaji bukan buat nyebar hoax ya" ucap Rania kesal.

Abi, Shaza, Lioni dan Arvin tertawa mendengar ucapan Rania.

"Eh Ran, kata-kata lo makin lama makin mirip dengan pak bos. Iya dah tau yang bakal jadi nyonya besar Aksavaro" ledek Abi.

Tanpa ragu Rania langsung menendang kaki Abi yang membuat pria itu menjerit kesakitan.

"Aa' Devan jangan percaya hoax, gosip serta fitnah yang mereka sebar ya. Rania yang cantik ini masih jomblo kok. Jadi jangan cemberut gitu" ucap Rania yang sedari tadi melihat sikap diamnya Devan.

Devan langsung tertawa mendengar ucapan Rania. "Apaan sih princess? Aku tuh lagi sakit gigi. Makanya dari tadi irit bicara dan senyum serta tertawa"

Rania langsung manyun sementara yang lain kontan tertawa mendengar jawaban Devan.

"Devan ganteng-ganteng penyakitnya gak elit banget ya. Sakit gigi" timpal Abi.

"Eh Bi, semua umat manusia baik yang ganteng maupun yang tidak pasti pernah merasakan sakit gigi. Sakit gigi tuh kayak sakit hati, tiada manusia yang tidak pernah merasakannya" ucap Rania membela Devan.

"Bahasa lo ya Ran. Ngebela Devan aja pakai bahasa puitis banget gitu. Hati-hati pak bos cemburu loh, ntar gaji plus bonus lo nggak keluar lagi" timpal Abi sambil melirik Arvin yang sedari tadi hanya diam.

Rania melirik bosnya "Pak, kok bapak dari tadi cuma diam aja? Anda sakit gigi juga?"

"Nggak" jawab Arvin tegas jelas dan lugas. Membungkam mulut siapapun yang ada disana saat menunggu pesanan mie ayam mereka datang.

"Kok diam? Kata Rania kalian mau ngegosip" tanya Arvin yang memperhatikan kebisuan para stafnya.

"Mana ada anak buah yang mau ngegosip sama bosnya. Terlebih bosnya kayak bapak" jawab Rania to the point.

"Loh, memangnya saya kenapa?" tanya Arvin bingung.

Rania hanya menatap Arvin dengan tatapan malas "Bapakkan bahan gosipannya. Ya masa ngegosipnya didepan orangnya langsung"

"Kalian gosipin saya yang jelek-jelek ya?" Arvin mulai menatap stafnya dengan tatapan curiga.

"Kalau ngomongin yang bagus-bagus itu namanya bukan ngegosip tapi memuji. Ah bapak nih, gitu aja nggak paham, gimana mau memahami hati seorang wanita coba?" ucap Rania asal.

"Tapi saya selalu paham sama hati kamu"

Satu kata dari Arvin sanggup mengundang suit-suitan dari anggota staf yang lainnya. Percakapan mereka terinterupsi oleh mamang mie ayam yang membawakan pesanan mereka. Mereka makan dalam diam dan lahap karena ternyata mereka memang sudah kelaparan.

"Duh kenyang" ucap Rania sambil menyandarkan punggungnya pada kursi plastik yang didudukinya.

"Kenyang ngeluh. Lapar ngeluh. Dasar manusia" timpal Abi yang langsung mendapat delikan dari Rania.

"Kalau kenyang itu bilang 'alhamdulillah' Rania" timpal Arvin lagi.

"Iya pak. Alhamdulillah" balas Rania meskipun dengan nada jengkel.

"Duh duh duh calon bini, nurut bener sama calon suaminya" goda Abi lagi.

"Diem lo. Sebelum gue guyur pakai sambel nih" ucap Rania kesal.

"Rania"

Rania menoleh pada sumber suara yang memanggilnya. Bukan hanya Rania. Arvin, Devan, Abi, Shaza dan Lioni juga menatap sumber suara.

"Arlin?" ucap Rania setengah terkejut.

"Kok kamu disini?" tanya Rania lagi.

"Aku mau makan" jawab Arlin namun tatapan mata wanita itu bukan kepada Rania.

"Rania itu Devan kan?" tanya Arlin sambil menatap Devan lekat-lekat.

"Itu Devan takdir aku kan?"

Rania menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Harus bagaimana dia sekarang?



PERFECT MISTAKE (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang