DUA BELAS

10.6K 728 11
                                    

'Jadi nggak?'

_Arlin_

'InsyaAllah jadi. Doakan aku bisa kabur dengan aman, lancar dan selamat'
_Rania_


'Aamiin'
_

Arlin_

Setelah berhari-hari tertahan oleh kelakuan Arvin yang makin lama makin absurd. Akhirnya Rania menemukan momen yang tepat untuk lari dari radar Arvin yang saat ini sedang rapat diluar.

"Mau kemana? Tumben dandan" ucap Shaza yang mulai curiga saat Rania mulai menepukan cushion foundation yang jarang sekali dipakainya karena memang tidak ada momen yang pas untuk Rania mengenakan cushion kesayangannya.

"Mau lunch" ucap Rania dengan nada-nada manja.

"Wah..lo mau selingkuh ya mentang-mentang pak bos lagi rapat diluar" tuduh Abi.

Rania langsung mendelik tak terima mendengar ucapan Abi.

"Eh pria penggosip. Enak banget itu mulut ngefitnah gue. Pertama gue nggak selingkuh karena nggak ada hubungan apa-apa sama bos kesayangan lo" ucap Rania meralat ucapan Abi.

"Bukan nggak ada hubungan apa-apa cuma belum ada hubungan aja" ucap Abi tak terima dibantah.

Rania hanya menggeleng-geleng "Kedua, sebagai seorang jomblo, suka-suka gue lah mau pergi kemana dan sama siapa. I'm free bro. Nah elu udah ada pacar masih pergi sana sini sama wanita gonta-ganti. Dasar pria laknat"

Abi terkekeh mendengar ucapan Rania. Cuma Rania satu-satunya yang memanggilnya 'pria laknat' karena Rania merupakan teman akrab Abi dari zaman mereka kuliah. Kata-kata itu juga diucapkan Rania kalau dirinya membuat wanita itu kesal.

Rania melanjutkan konsentrasinya memakai eyeliner setipis mungkin, lalu wanita itu menjepit bulu matanya dan mengoleskan mascara. Terakhir dioleskannya lipstik berwarna pink nude favoritenya. Rania melirik jam tangannya.

"Pas" ucapnya bahagia melihat jam tersebut menunjukkan pukul 12.00.

"Saya pergi dulu ya saudara dan saudari seperjuanganku. Doa-doa kan saya pulang-pulang sudah membawa jodoh saya yang telah lama hilang dan belum ditemukan hingga detik ini" ucap Rania sambil tergesa-gesa pergi sebelum langkahnya dikudeta oleh Abi antek-antek Arvin Aksavaro.

Rania dan Arlin setuju untuk makan siang disalah satu tempat makan nasi padang yang tak jauh dari kantor mereka. Sesampainya ditempat janjian, Arlin sudah duduk manis dengan pesanannya. Rania juga memesan makanannya sebelum menyusul Arlin yang sudah makan dengan manis.

"Udah lama?" tanya Rania yang sambil membawa makanannya dan duduk didepan Arlin.

"Nggak kok. Barusan tadi nyampe" jawab Arlin.

"Jadi apa yang mau diceritain?" tanya Rania sambil menyendok nasinya.

Arlin mengunyah makanannya terlebih dahulu. Setelah menelan makanan yang dikunyahnya, wanita itu baru berbicara "Aku mau resign tahun ini begitu kontrak kerjanya habis"

Rania mengangguk-angguk "Kamu udah ngomong kayak gini entah udah daritahun berapa gitu. Aku aja sampai lupa karena udah terlalu lama dan terlalu sering"

Muka Arlin murung "Habis bagaimana dong. Ortu kan nggak kasih izin aku buat resign"

Rania menghela nafasnya "Kalau emang udah nggak kuat sama tekanan kerja disana, resign aja. Kalau udah resign juga orang tua mau ngomong apa. Paling dimarah sehari dua hari doang, paling mentok sebulan dua bulan nggak sampai tahunan. Nanti aku bantuin cari kerja. Kamu suka ngajarkan? Suka anak kecilkan? Ada kenalan aku buka bimbel dan butuh tenaga pengajar untuk jenjang TK dan SD. Gajinya lumayan kok. Ya meskipun nggak bakal sebesar gaji kamu kerja di bank sekarang ini. Tapi pasti cukup kok kalau untuk kebutuhan kamu. Adik kamu kan tahun ini selesai sekolahnya. Tamat SMA suruh aja cari kerja. Abang kamu juga udah kerjakan"

PERFECT MISTAKE (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang