4. Ketiban Kamus

71 4 0
                                    

Bel masuk berbunyi. Murid-murid segera keluar dari kantin dan masuk ke kelasnya masing-masing.

"Ibu minta dua orang pergi ke perpustakaan," kata Bu Faizah.

Semua diam, celingak-celinguk, tidak ada yang bersedia.

"Yasudah, ibu tunjuk."

"Qinta dan Ken."

Dengan muka pasrah Qinta maju, Ken juga. Mereka diberikan instruksi oleh Bu Faizah untuk mengambilkan 30 kamus.

Qinta dan Ken pun jalan keluar.

Ken, si anak jail, menggoda Qinta selama berjalan ke perpustakaan.

"Cantik," goda Ken.

Qinta tetap menatap lurus pandangannya kedepan.

"Nengok, dong," godanya lagi.

"Ah, gak seru nih, anak baru."

"Kita belum deket, loh."

"Rambut lo bagus, deh," Ken berkata sambil memainkan rambut Qinta. Qinta pun menepis tangan Ken.

"Jadi pacar gue, yuk!"

"Hey, manis."

Godaan-godaan buaya darat itu terus terlontar dari mulut Ken hingga mereka sampai ke perpustakaan.

Selesai melakukan registrasi peminjaman buku, mereka pun membawa kamus - kamus tebal itu.

15 kamus dibawa Qinta, 15 kamus dibawa Ken.

"Aduh, berat," keluh Qinta.

"Gue gak bisa liat depan," tambahnya.

"Makanya tinggi, dong!" ejek Ken.

"Bantuin, dong," pinta Qinta.

"Boleh, sini gue bawain. Tapi lo harus jadi pacar gue!" ujar Ken.

"Ogah. Mending gue jalan, bodoamat nabrak, jatoh, kek. Dibanding harus pac--"

Belum sempat menyelesaikan kata-katanya, Qinta menabrak orang didepannya. Tapi yang terjatuh justru Qinta sendiri.

BRAK
Berhamburan 15 kamus ke lantai.

Ken hanya diam, tidak membantu.

"Eh, sorry banget. Aduh, maaf," ujar Qinta yang sudah jatuh, duduk dilantai.

Qinta menengadah keatas, ke orang yang ditabrak-namun tidak jatuh tersebut. Siapa lagi kalo bukan si cowo tampan, Zaky.

"Astaga, lo lagi!" pekik Qinta.

Qinta langsung mengubah raut wajahnya menjadi raut wajah kesal. Ia masih dendam dengan Zaky yang tidak turut membersihkan aula.

"Lo lagi," kata Zaky dengan muka datar.

Zaky pergi melewati Qinta.

"Ken, bantuin dong," pinta Qinta.

"Jadi pacar gue dulu," balas Ken. Ia benar-benar tidak terketuk hatinya untuk menolong Qinta.

"Ogah."

Ken pun meninggalkan Qinta tanpa membantu sedikitpun. Qinta memanggil-manggil Ken tapi tidak dihiraukan.

Qinta mencoba berdiri namun kakinya terasa sakit.

"Aduh," rintih Qinta.

Zaky yang sedari tadi menguping perdebatan Ken dan Qinta pun menoleh. Ia belum jalan terlalu jauh.

Zaky mendekati Qinta. Ia membereskan kamus-kamus tebal yang berserakan itu dan membawanya.

"Sini, gue bantuin," ujarnya singkat.

RapuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang