24. Pasrah Tanpa Usaha

40 1 0
                                    

Setelah kabur dari rooftop, Qinta langsung masuk ke kekelas. Zaky tidak menyusulinya. Ia justru pergi kekelasnya.

"Bro, masih aja tuh muka datar," ledek Kevin setibanya Zaky dikelas.

"Iya, abis ngapain lo sama Qinta?" tanya Nazer.

Zaky hanya bersikap acuh. Putra masih sama dengan tampang senyam senyumnya duduk ditempatnya.

**

Bel pulang berbunyi, Putra melihat Zaky yang berjalan kearah kelas Qinta. Putra dan teman yang lain pun turun ke parkiran.

Zaky dengan gaya cool bin gagah perkasanya menunggu si gadis berambut lebat didepan kelasnya.

Qinta masih didalam kelas dan malas pulang dengan Zaky karena kejadian rooftop tadi. Ia merasa tidak puas dengan jawaban Zaky makanya ia memilih pergi meninggalkan Zaky.

"Woy, mau sampe kapan lo bengong," tegur Naufal.

"Lo lagi kenapa, sih?" tanya Wendy.

"Tadi pagi senyum mulu terus sekarang diem doang, lo kayak jadi remaja labil," timpal Salsa.

"Ceritain dong," pinta Wendy dan Naufal bersamaan.

"Entar ceritanya yaa, jangan sekarang," jawab Qinta.

"Yaudah deh," ucap Wendy dan Naufal pasrah.

"Ayo, kalian gak niat mau pulang apa?" tanya Salsa yang sedari tadi sudah berdiri.

Keempat sekawan itu pun berjalan keluar kelas dan disitulah Qinta dan Zaky bertemu.

"Asik dianter pulang," ledek Salsa.

Siapa lagi yang berani bertegur sapa dan meledek Zaky selain Salsa? Karena hanya dialah yang mengenal Zaky serta para most wanted boys lainnya berhubung Arga cukup sering membawa teman temannya itu kerumah.

Naufal menepuk pundak Qinta seakan meminta pamit. Salsa, Wendy, dan Naufal pun turun.

"Ayo, pulang," ucap Zaky dengan wajah dingin dan memegang lengan Qinta.

Qinta hanya menuruti tanpa ada sepatah kata keluar.

Sesampainya di parkiran ada Nazer dan Putra. Putra sudah memberitahu Nazer tentang kisahnya dan Qinta serta ide briliannya. Putra menyuruhnya tutup mulut.

"Lunaa," panggil Putra sambil menaiki motornya dan melambaikan tangan. Qinta balas melambai.

Zaky memasang wajah datarnya, "naik," perintahnya.

"Mau pulang bareng Putra aja," pinta Qinta. Tentu saja itu membuat darah Zaky mendidih.

"Kenapa? Kan gue yang jemput dari rumah, jadi gue yang anter pulang," tanya Zaky.

"Hm.. yaudah," Qinta hanya menurut.

**

"Makasih," ucap Qinta setelah turun dari motor R25. Baru saja ia melangkahkan kaki untuk masuk kearah pagar rumah, tangannya dicegat.

"Kenapa kok lo diem aja?" tanya Zaky. Setelah kejadian rooftop itu, Qinta diam. Bahkan diperjalanan pulang mereka tidak saling berbicara apapun. Zaky berpikir keras apa penyebabnya tapi ia tetap tidak tahu jawabannya. Zaky malah berpikir harusnya kan ia yang badmood karena melihat kedekatan Putra dan Qinta.

"Ngapain pegang-pegang. Gue mau masuk," tukas Qinta lalu melepas pegangan tangan Zaky.

Zaky hanya bisa memandangi punggung Qinta yang perlahan tertutup pagar.

Zaky bingung bukan main tapi ia bukannya turun mengejar kedalam malah melajukan motornya.

Setelah masuk kedalam rumah, wajah Qinta bersungut-sungut dan menghempaskan dirinya ke sofa. Padahal ia mengira akan dicegah Zaky tapi kenyataannya Zaky malah melajukan motornya.

RapuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang