Sudah satu minggu lebih hubungan asmara Zaky dan Qinta berlangsung dengan harmonis dan sudah hampir satu minggu lebih juga Rizal --papanya pergi ke negerti tirai bambu untuk mengurus bisnis. Suasana rumah Zaky terasa tenang tanpa ada papanya. Rasa ketakutan Misha setiap hari berkurang. Mamanya berwajah damai berseri-seri tanpa ada tangisan dan teriakan.
"Ky, kita mau kemana?" tanya Qinta yang tidak tau mau dibawa entah kemana. Hari ini Zaky berniat menghabiskan waktu bersama Qinta. Suasana hatinya sedang baik tapi ia perlu mencharge suasana hatinya supaya lebih baik lagi dengan berada didekat Qinta.
"Kamu liat aja entar sayang," ucap Zaky. Qinta pun mengangguk.
Perjalanan memakan waktu lebih dari satu jam, Qinta yang tadinya sabar menanti pun mulai bosan dan kembali bertanya berulang kali.
"Kapan sampe, Ky?"
"Kita mau kemana?"
"Ky.." rengek Qinta yang sudah tidak sabar.
"Zakyyy," panggil Qinta yang merasa diacuhkan oleh si pengemudi mobil.
"Ih, Zaky, mah," gerutu Qinta.
Salah satu tangan Zaky beralih mengelus rambut Qinta, "sabar sayang."
Qinta kembali diam.
"Sampe," ucap Zaky.
"Kita ke tengah hutan? Jangan-jangan kamu mau culik aku, ya?!"
Zaky terkekeh, "kamu tuh dari belum pacaran sampe udah jadi pacar masih aja ngira bakal diculik sama aku, ya."
Qinta was-was dengan sekitarnya. Ia bingung kenapa Zaky membawanya kedaerah seperti hutan-hutan.
"Ayo, kita jalan bentar. Mobilnya taro sini," ucap Zaky.
Mereka keluar mobil. Zaky memang meminta Qinta untuk memakai celana serta sepatu agar kakinya terlindungi. Ia juga membawa sendal untuk Qinta pakai nanti.
Jalanan setapak itu sepi dan Qinta mendekatkan diri pada Zaky. Ia masih bingung sekaligus takut.
"Ky, mau kemana sih kita?" tanya Qinta untuk yang kesekian kalinya.
Tanpa membuka suara, Zaky menunjuk kedepannya. Ia membawa kekasihnya ke salah satu curug di Bogor. Qinta tertawa, "jadi daritadi kamu gak bilang kalo kita mau main air?"
Qinta segera menarik lengan Zaky. Ia bersemangat untuk bermain air. Sebelumnya, Zaky sudah meminta izin pada orangtua Qinta dengan mengirimkan pesan. Mereka dengan senang hati memperbolehkan asalkan Zaky menjaga dengan benar.
"Qin, jangan cepet-cepet jalannya nanti jatuh."
Qinta mengangguk. Kakinya telah menyentuh air dingin yang ada dikolam curug itu dan mulai menyipratkan air kepada Zaky. Mereka bermain air hingga puas, lebih tepatnya Qinta yang bermain air dan Zaky yang tertawa melepas beban.
Zaky melirik kearah jam tangan water resistant warna hitam di pergelangan tangan kirinya.
"Qin, makan yuk!" ajak Zaky. Qinta yang sudah mulai kedinginan karena terlalu lama bermain air pun menyetujui. Mereka menghangatkan diri di warung sekitar curug.
"Bu, pesen dua teh hangat sama pisang goreng, ya," ucap Zaky pada si empunya warung.
Badan Qinta sedikit gemetar akibat kedinginan didalam air.
"Kamu tunggu sini bentar," perintah Zaky yang dituruti Qinta. Qinta sibuk menggosokan tangannya untuk mencari kehangatan dan Zaky pergi.
Tak sampai lima menit, lelaki kekar itu kembali dengan satu set pakaian yang ia beli di toko oleh-oleh di area curug itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rapuh
Fiksi RemajaSeorang cowo ganteng disekolah, ditaksir banyak wanita, terlihat cool dan garang diluar, ternyata dilubuk hatinya menyimpan kesedihan. Hatinya sering bergejolak. Hidupnya terlihat mewah dan menyenangkan dimata orang lain, namun dirinya tidak merasa...