Hari minggu, Qinta dan Zaky mengantarkan Delia dan Adli ke bandara.
"Safe flight ma, pa!" ucap Qinta selepas memeluk kedua orangtuanya.
"Hati-hati dijalan ya, ma, pa," kini gantian Zaky yang memeluk Delia dan Adli.
"Iya, sayang. Kalian jaga diri juga, ya. Zaky tolong jaga Luna selama gak ada mama dan papa, ya," ucap Delia.
"Pasti, ma," sahut Zaky.
Mama dan papanya pun masuk untuk boarding.
Setelah mama dan papanya sudah tidak terlihat lagi, Zaky merangkul Qinta dan mengajaknya pulang. Sekarang sudah pukul tujuh malam dan besok mereka akan sekolah. Zaky tidak mau membuat Qinta lelah.
Qinta tertidur didalam mobil. Mungkin ia lelah karena seharian membantu mama dan papanya packing. Padahal kedua orangtuanya sudah menolaknya tapi Qinta malah merengek ingin membantu. Qinta juga merengek untuk mengantarkan kedua orangtuanya ke bandara.
Setelah berhasil melewati kemacetan, mobil Zaky kini terparkir dihalaman rumah Qinta. Tadi Bi Sari lah yang membukakan pagar rumah.
"Qinta," ucap Zaky lembut untuk membangunkan Qinta. Ini sudah panggilan yang ke empat kali dan mata Qinta masih terpejam.
Zaky pun keluar mobil dan membuka pintu samping untuk menggendong Qinta ke kamarnya.
"Loh, itu non Qinta pingsan?" tanya Bi Sari khawatir.
"Engga, Bi. Dia capek doang," jawab Zaky.
Bi Sari pun membantu membukakan pintu kamar Qinta.
"Nanti tolong ingetin untuk makan malam, ya, Bi," ucap Zaky.
"Siap," balas Bi Sari.
"Kamu makan dulu, gih. Bibi udah siapin makan malem untuk kamu dan non Qinta tadi."
"Oh, gak usah, Bi. Aduh.. ngerepotin."
"Eh, gak boleh gitu. Ini pesan dari nyonya," ucap Bi Sari. Zaky pun menuruti perintah Bi Sari. Ia dan Bi Sari beranjak ke dapur setelah menutupi Qinta dengan selimut dan menutup pintu kamar Qinta.
Bi Sari mengambilkan lauk pauk serta nasi untuk Zaky, "makan, nih."
Setelah kenyang, Zaky berterimakasih serta pamit pulang.
Mobil Zaky baru saja keluar gerbang rumah dan Qinta terbangun. Ia sempat heran karena dirinya sudah berada dikasur empuknya dengan selimut diatas tubuhnya. Sesaat kemudian ia tersenyum mengingat pasti Zaky yang membawanya dari mobil ke kamar.
Qinta: makasih kyy
Zaky: makasih apa?
Qinta: udah bawa aku ke kamar
Zaky: gak masalah kok
Zaky: kamu udah makan?Qinta: ini mau turun. Kamu udah?
Zaky: bi sari ngasih aku makan td
Qinta pun meletakkan handphonenya di nakas dan turun ke lantai satu rumahnya. Ia makan malam di ruang keluarga.
**
Zaky baru saja sampai rumahnya. Tiga langkah lagi ia akan menaiki anak tangga dan sayup-sayup terdengar bentakan dan tangisan di ruang makan. Pasti keluarganya sedang makan malam dan papanya berulah. Ia yakin. Papanya memang tidak pernah berhenti membentak dan menyakiti mamanya. Zaky pun mengurungkan niat untuk tidur melainkan pergi ke ruang makan.
Sesampainya diruang makan terlihat mama dan papanya sedang beradu mulut dan Misha yang menangis.
"Papa, mama, apa kalian gak bisa gak berantem dalam waktu sehari? Kalopun berantem apa kalian bisa mencari tempat yang cuma ada kalian doang? Apa kalian mau liat Misha menangis ketakutan terus menerus?" ucap Zaky sambil menunjuk Misha yang memegang piring. Sepertinya ia hendak mengambil makanan tapi keburu menangis melihat kedua orangtuanya yang saling bentak.
Papa mamanya hanya diam. Papanya menatap kesal dan mamanya menatap penuh rasa bersalah. Zaky segera menghampiri Misha dan mengambilkan makanan ke piringnya. Setelah itu ia merangkul Misha keluar dari ruangan yang atmosfernya panas itu. Ia mengajak adik satu satunya itu ke ruang keluarga dan menyalakan televisi.
"Yuk, dek, nonton sambil makan."
Zaky meletakkan piring diatas meja dan merangkul Misha yang masih mengeluarkan air mata.
"K--kak, e--em--emang Misha g--gak b--ba--baik, ya?" tanya Misha dengan suara bergetar.
Zaky mengelus pundak adiknya. Ia lelah karena baru pulang dari bandara dan rumah Qinta, sekarang ia ingin istirahat tapi malah disuguhkan aksi adu mulut kedua orangtuanya dan adiknya menangis membuat ia enggan merebahkan diri dikamar.
"Kenapa Misha bilang gitu?" tanya Zaky sambil mengelus pundak adiknya.
"T--tadi papa b--bilang a--aku b--bu--bukan anaknya. Hiks.. e--emang a--aku hiks salah apa? Hiks.. hiks," ucap Misha. Tangisannya kian menderas.
Zaky mengeratkan pelukannya, "papa cuma lagi lelah aja makanya dia ngomong gitu. Jangan dipikirin."
Setelah puas menangis, Zaky melepaskan pelukannya dan menyuapi Misha.
"Ayo, pesawat dateng. Ngenggg.. ngengg," ucap Zaky seakan-akan sedang menyuapi anak bayi.
"Emang aku anak kecil apa," gerutu Misha dengan hidung merah akibat menangis.
"Iya, kamu kan adik kecil aku," balas Zaky. Zaky mencoba menghibur adiknya dan dari belakang papanya melihat dengan tatapan sendu. Sedangkan mamanya sudah masuk kekamar. Tadi mereka menghentikan adu mulutnya.
Setelah menyuapi dan menghibur adiknya, Zaky berniat untuk ke kamar tapi adu mulut terdengar. Zaky yakin orangtuanya meneruskan adu mulut itu dikamar.
"Bang, misha mau ditemenin tidurnya sama abang," pinta Misha manja. Ia merasa takut mendengar suara-suara bentakan orangtuanya.
Zaky pun menemani Misha dan tertidur dikamar adiknya itu.
**
Keesokannya, Zaky dan Misha dibangunkan oleh asisten rumah tangga, Bi Neni. Bi Neni terenyuh mendapati kakak beradik itu tidur dalam posisi berpelukan serta lengan Zaky yang menjadi bantalan adiknya.
"Den, non, bangun, ayo sekolah."
Misha yang terlebih dulu membuka mata. Ia menggoyangkan tubuh abangnya supaya bangun. Tak lama, Zaky membuka kedua kelopak matanya.
"Abang males sekolah," ucap Zaky dan kembali memejamkan mata.
"Ih, abang. Jadi gak mau ketemu kak Qinta, nih?" pancing adiknya.
Zaky segera membuka kedua kelopak matanya dan tersenyum mendengar nama pacarnya disebut.
"Ih, abang udah gila, ya, baru bangun langsung senyum-senyum sendiri."
Zaky dan Misha pun beranjak dari ranjang.
Misha memeluk abangnya itu, "makasih ya abang mau nemenin Misha tidur." Ia pun segera beranjak ke kamar mandi. Zaky tersenyum dan mengelus rambut adiknya lalu berjalan kekamar miliknya.
**
Zaky menjemput Qinta seperti biasa. Dan seperti biasa juga Zaky membangunkan Qinta. Gadisnya ini hanya akan bangun pagi bila ada kedua orangtuanya. Tanpa Delia dan Adli, tidak ada yang bisa membangunkan Qinta.
"Qinta," bisik Zaky ditelinga Qinta.
"Bangun, dong," ucap Zaky sedikit mengguncang tubuh Qinta agar gadisnya ini melek.
Zaky mencoba cara lain dengan menggelitiki perut Qinta dan sedikit demi sedikit kelopak mata Qinta terbuka.
Zaky segera mengangkat tubuh Qinta dan membawanya ke kamar mandi.
"Ayo, sana kamu mandi," ucap Zaky seraya menurunkan Qinta didalam kamar mandi.
Qinta mendengus sebal tapi tak bisa dipungkiri ia senang karena Zaky selalu mempunyai cara membangunkannya.
JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT YAA TEMAN TEMANKU YANG SUDAH MEMBACA❤
KRITIK DAN SARAN YANG MEMBANGUN SILAHKAN DIMASUKKAN DALAM KOLOM COMMENT❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Rapuh
Teen FictionSeorang cowo ganteng disekolah, ditaksir banyak wanita, terlihat cool dan garang diluar, ternyata dilubuk hatinya menyimpan kesedihan. Hatinya sering bergejolak. Hidupnya terlihat mewah dan menyenangkan dimata orang lain, namun dirinya tidak merasa...