Cahaya mentari menerebos masuk lewat jendela kamar Qinta. Mamanya baru saja membuka lebar tirai dikamar Qinta.
Qinta mengucek matanya.
"Morning anak mama," sambut mamanya yang baru saja selesai mengaitkan tirai ke sisi kanan dan kiri.
"Morning mama," balas Qinta dengan suara mengantuk.
"Luna nanti pakai baju itu, ya," tunjuk mama --Delia ke satu set pakaian beserta aksesoris serta high heels yang sudah tersusun rapi dipojok kamarnya.
"Iya, ma."
"Ayo, kamu mandi terus sarapan bareng sama mama papa," perintah mamanya.
"Luna masih pengen tidur," ucap Qinta seraya menarik selimutnya untuk menutupi seluruh tubuhnya.
Mamanya menarik selimut tersebut, "anak gadis gak boleh gitu, ah."
Luna pun mau tak mau menuruti perintah mamanya. Ia segera berjalan kearah kamar mandi dan berendam di bath up.
Setelah wangi dan bersih, gadis itupun keluar dari kamarnya.
"Misi, bi," ucap Qinta sopan ketika melewati bibinya yang sedang menyapu lantai atas.
Qinta berjalan menuruni tangga dan pergi keruang makan.
"Nah, gitu dong kan jadi wangi," ucap mamanya yang mencondongkan dirinya ke Qinta seraya menghirup wangi Qinta.
"Ih, mama belum mandi, ya?" tuduh Qinta.
"Enak aja. Mamamu udah cakep gitu dibilang belum mandi," protes papanya.
Mereka pun makan bubur ayam di pagi hari.
"Jam sepuluh kamu udah siap, ya, Qin. Dandannya jangan lama," ucap papanya.
"Kan nikahannya jam sebelas," protes Qinta.
"Kesana bisa sampe satu jam. Takut macet," timpal mamanya.
Qinta pun mengiyakan perintah papanya.
**
Putra mengirimkan lokasi pernikahan kakaknya kepada Qinta. Qinta janji akan datang pukul 1 siang.
Putra sudah mengenakan jas rapi sejak tadi.
**
Pukul 10, Qinta sudah siap dengan dress putih serta high heels senada. Rambutnya ia biarkan terurai. Ditangannya ada jam tangan sedangkan dilehernya terdapat liontin indah. Ia memoles wajahnya sedemikian rupa tapi tak terlihat berlebihan. Bibirnya ia olesi lipbalm serta lipcream pink yang sempurna menambah kecantikan dirinya. Qinta membawa clutch untuk menyimpan handphone serta uang.
Qinta menuruni satu persatu anak tangga dan mendapati kedua orangtuanya duduk di sofa.
"Cantik sekali anak papa," ujar sang papa.
"Iya, dong, siapa dulu yang milihin bajunya," sahut mamanya.
Qinta terkekeh. Mereka pun keluar rumah dan masuk ke mobil. Papanya menyetir mobil, disebelahnya duduk mamanya, dan Qinta berada dibelakang.
Jalanan begitu macet di hari sabtu ini, sekarang sudah hampir pukul 11.
"Jakarta makin hari makin macet, ya," keluh papanya diiringi anggukan mamanya.
"Ya, beginilah," ucap Qinta.
**
Setelah menempuh kemacetan Jakarta, sampailah Qinta dan kedua orangtuanya di gedung pernikahan. Pesta digelar sangat meriah. Orangtua Kak Namira --tante Liza dan om Adlan adalah pebisnis. Sama seperti papa Qinta --Adli. Bahkan tak jarang om Adlan dan papa Qinta pergi ke suatu kota atau negara bersama memantau anak perusahaan. Tante Liza dan Om Adlan memiliki dua orang anak yang memilih menetap di Jakarta tanpa harus mengikuti kedua orangtuanya. Sama seperti Qinta, bedanya anak-anak om Adlan sudah terlebih dulu menetap di Jakarta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rapuh
Teen FictionSeorang cowo ganteng disekolah, ditaksir banyak wanita, terlihat cool dan garang diluar, ternyata dilubuk hatinya menyimpan kesedihan. Hatinya sering bergejolak. Hidupnya terlihat mewah dan menyenangkan dimata orang lain, namun dirinya tidak merasa...