23. Penasaran

34 1 0
                                    

Zaky mengetuk pintu rumah Qinta. Delia membukanya.

"Maaf kamu siapa, ya?" tanya Delia melihat Zaky berdiri didepannya. Delia memperhatikan Zaky lekat-lekat.

"Saya jemput Qinta, tante. Saya Zaky," jawabnya.

Delia tersenyum.

"Makasih ya Zaky udah mau anter jemput Qinta. Saya mamanya. Panggilnya mama aja gak usah tante. Yuk, masuk!"

Zaky mengekor dibelakang Delia sampai ke ruang makan.

"Aluna," panggil Delia.

Qinta baru saja mengunyah sarapannya pagi ini dan lihatlah siapa yang datang.

"Uhuk uhuk uhuk," Qinta tersedak.

Buru-buru papanya menuangkan segelas air.

"Aduh kamu ini," keluh Adli.

"Kok ada dia?" tanya Qinta.

"Hey, mama ngajarin kamu sopan santun, ya, Lun," ucap Delia. Qinta hanya bisa cemberut dan pasrah.

"Zaky, ayo duduk. Makan bareng Luna," suruh Delia. Zaky pun duduk disebrang Qinta. Sebelumnya ia salim terlebih dahulu pada papanya.

Bi Sari memberikan Zaky sepiring omelette dan teh hangat.

"Makasih, bi," ucap Zaky sopan.

"Jadi kamu udah berapa lama sama Qinta?" tanya Adli membuka topik.

"Papa jangan gitu. Biarin Zaky makan dulu," sahut Delia.

Makanan di piring Zaky dan Qinta pun habis.

"Ayo," ajak Qinta.

"Biasanya juga telat, main ayo ayo aja," ledek mamanya.
**

Qinta dan Zaky sudah sampai di parkiran sekolah.

"Kok lo gak bilang mama papa lo ada dirumah?" tanya Zaky.

"Ngapain bilang? Lo juga gak nanya. Lagian lo siapa gue."

"Pacar, kalo lo lupa."

"Belum gue jawab iya atau engga, kalo lo ingat," balas Qinta.

"Gak perlu jawab."

"Yaudah gak usah jadiin gue pacar lo."

Qinta berjalan ke kelasnya disusul Zaky dibelakangnya.

"Qinta," panggilnya.

"Qin.."

Tak ada jawaban karena Qinta menulikan telinganya.

Zaky pun mensejajarkan tubuhnya dan meraih pinggang Qinta.

"Jangan ngambek sayang nanti cantiknya ilang."

Lagi dan lagi pipi Qinta memerah. Buru-buru ia melepaskan pinggangnya dari tangan Zaky dan berlari ke kelas. Zaky tertawa ditempat.

Putra menghampiri Qinta yang tengah kabur dari Zaky.

"Luna," panggil Putra. Qinta pun memberhentikan langkahnya. Putra semakin mendekat.

"Morning, princess," sapa Putra dan mencolek dagu Qinta.

"Ogi entar kalo yang lain ngiranya kita pacaran gimana?" bisik Qinta.

"Sst.. tenang," balas Putra.

Putra menaruh lengannya di leher serta bahu Qinta dan mereka berjalan beriringan. Dari jauh, Zaky melihat itu semua.

Sepanjang koridor, murid-murid terus berbisik.

"Mau aja dirangkul sana sini."
"Dasar gatel!"
"Dia manusia atau ulat bulu ya?"
"ew jijik deh gue"

RapuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang