33.

57 1 0
                                    

Qinta baru saja akan masuk ke alam mimpinya sedangkan lelaki disebelahnya bergerak gelisah. Ia tidak bisa tidur karena otaknya terus menerus mengingatkannya pada kejadian dirumah tadi.

Qinta membuka kedua kelopak matanya dan menengok kearah sampingnya. Zaky masih dengan tatapan kosongnya bergerak gelisah.

"Ky.." panggil Qinta dengan suara parau karena mengantuknya.

"Tidur, Ky," ucap Qinta.

"Gak bisa, Qin. Aku juga pengen tidur ini," jawab Zaky. Ia tak menengok kearah Qinta.

"Kamu mau aku kelonin kayak anak bayi?" tanya Qinta.

"Enggaklah, emangnya aku bocah apa,"  balas Zaky.

Qinta yang tahu akan gelisahan di diri Zaky pun segera mengubah posisinya menjadi duduk bersandar pada ranjang.

"Sini," perintah Qinta sambil menepuk-nepuk pahanya.

Zaky mendekatkan dirinya pada Qinta dan memeluk paha Qinta. Qinta dengan lembut mengelus rambut Zaky serta rahang kokoh Zaky.

"Tidur, ya," ucap Qinta lembut. Zaky masih bergerak gelisah dan mencari posisi nyamannya. Tak lama, lelaki itu berhasil masuk ke alam mimpi dan Qinta masih tetap mengelus lembut. Qinta terkekeh dan bergumam, "katanya bukan bocah, tapi begini, ckckck." Qinta bersyukur Zaky berhasil tidur. Ia yakin pacarnya kelelahan fisik dan mentalnya setelah mengantar pulang dirinya, nongkrong di warung, melihat adu mulut papa mamanya, dan mendengarkan penuturan yang membuat dirinya kecewa.

Qinta pun ikut terpejam dan masuk ke alam mimpi. Ia tertidur dengan posisi duduk dan tangannya berada di pipi Zaky.

Qinta tidur tak lebih dari tiga jam lamanya dan sekarang alarmnya sudah berbunyi. Ia lebih cepat bangun saat ini mungkin karena posisinya sedang duduk dan dekat nakas dimana alarm handphonenya berbunyi.

Qinta dengan mata setengah terpejam meraih alarm handphonenya untuk dimatikan. Ia melenguh namun buru-buru ia tutup mulutnya. Ia tidak mau membangunkan Zaky.

Qinta beranjak dari kasurnya dan turun ke lantai satu.

"Bi, ada Zaky dikamarku. Gak usah dibangunin, ya. Dia lagi ada masalah keluarga," ucap Qinta setelah mendapati Bi Sari yang sedang menyapu.

"Oh, iya, non. Siap!"

"Oiya, gimana darah yang didepan udah bersih, bi?"

"Udah. Zaky udah diobatin? Lukanya parah?" tanya Bi Sari khawatir. Bi Sari tahu Zaky adalah lelaki baik-baik.

"Udah. Ada yang robek, bi, dibagian tangannya."

Bi Sari cepat-cepat menutup mulutnya. Ia kaget mendengar penuturan Qinta.

"Non, bawa atuh si Zaky ke rumah sakit."

"Iya, nanti aku bawa."

"Aku mau mandi. Tolong siapin makanan sama minuman buat Zaky juga, ya, bi," pinta Qinta.

"Iya, non. Tenang aja."

Qinta pun kembali kekamarnya dan mandi. Tak lama, ia keluar kamar mandi dengan pakaian lengkap seragam sekolah. Ia juga menggunakan sweater. Rencananya hari ini ia akan membawa Zaky ke puskesmas terlebih dahulu baru kesekolah.

Qinta mendudukan dirinya di tepi ranjang dan mengelus wajah Zaky. Pacarnya sungguh tampan apalagi saat tertidur.

Zaky merasa wajahnya sedang diraba seseorang, ia pun mencoba membuka kedua kelopak matanya.

"Eh, kamu kebangun. Maaf," ucap Qinta.

"Gak apa-apa," balas Zaky dengan suara berat khas baru bangunnya yang justru terdengar sexy.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RapuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang