11. Mengiyakan

54 2 0
                                    

Hari ini adalah hari Jumat. Hari terakhir sekolah di minggu ini.

Alarm handphone Qinta berbunyi sudah yang kesembilan. Qinta belum bangun juga.

Kring.. Kring..
Alarm terakhir, alarm kesepuluh berbunyi. Akhirnya Qinta membuka kelopak matanya.

Setelah siap, Qinta mengikat tali sepatunya. Ia bersiap memesan ojek online, tapi klakson motor berbunyi dua kali didepan rumahnya. Ia mengurungkan niat untuk memesan ojek online lalu membuka pintu rumah dan pagar rumahnya.

"Astaga," ucap Qinta ketika melihat Zaky sudah bertengger diatas motor R25 nya sambil memegangi helmnya. Terlihat gagah sekali.

"Ayo."

"Kenapa jemput gue?" tanya Qinta.

"Gue yang mau."

"Ya kenapa?" tanya Qinta.

"Lo tau kan, kalo ada lo pasti disekolah gue bakal kena sial mulu," ucap Qinta.

"Gak sama gue juga lo kena sial," balas Zaky.

"Engga."

"Kemarin kan lo didatengin Ghina lagi di gerbang," ucap Zaky.

"Lo liat?"

Zaky mengangguk.

Ada rasa tidak enak dihati Qinta mengetahui dirinya yang mencoba kabur dari Zaky namun berhasil terlihat juga. Dan parahnya ia pulang bersama Putra, padahal ia tahu betul Zaky akan menjemputnya didepan kelas. Ah.. tapi memangnya kenapa? Toh, Qinta tidak pernah meminta Zaky mengantar dan menjemputnya. Kenapa harus ada rasa tidak enak? Qinta kan bebas pulang dan pergi bersama siapapun.

"Kemana lo kemarin? Kenapa gak ada dikelas?" tanya Zaky dingin.

"Diluar."

"Dimana?" tanya Zaky lagi.

"Toilet."

"Ngapain?"

"Ih, kepo banget, sih, lo. Emang lo siapa nanyain gue sedetail itu?" protes Qinta.

"Buruan naik, entar telat," Zaky beralih topik. Qinta pun mengunci pintu rumahnya, lalu menaiki motor Zaky. Setelah memakai helmnya, mereka berangkat kesekolah.

Lagi-lagi Qinta menjadi bahan perbincangan sesampainya ia dan Zaky disekolah. Belum selesai gosip antara dia dan Ghina, ditambah gosip antara dia dan Putra, sekarang ia berjalan dikoridor bersama Zaky.

"Kayaknya emang dia cewe gatel, deh," bisik seorang cewe dikoridor yang masih bisa didengar Qinta.

"Yaampun, dia balik lagi ke Zaky?" kata cewe lainnya.

"Gila, kayaknya Ghina bener tentang itu cewe."

"Yaampun, Putra dikemanain, tuh."

"Itu Zaky sama Putra kena pelet apa, ya?"

Semua bisikan dan gunjingan itu terdengar jelas ditelinga Qinta membuatnya menundukkan kepalanya.

Kini, Zaky dan Qinta sudah mau berbelok untuk menaiki tangga. Zaky membalikkan badannya kearah murid-murid dikoridor, menatapnya tajam satu persatu.

"Sekali lagi gue denger omongan buruk kalian tentang Qinta, habis lo semua," tunjuknya satu persatu membuat gigi Qinta gemetar.

Ada apa dengan Zaky? Kenapa ia terus menerus mendekati Qinta? Mungkinkah ia jatuh cinta dengan Qinta? Atau apa? Qinta bertanya-tanya dalam hati. Tak mau terlalu pede dan malu seperti kemarin-kemarin, ia pun menghilangkan pikiran tentang tindakan Zaky.

Selesai menggertak murid-murid disekitarnya, Zaky dan Qinta menaiki tangga. Zaky mengantar Qinta kekelasnya terlebih dahulu.

"Qin," panggil Zaky ketika Qinta hendak memasuki ruang kelas.

RapuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang