8. Obsesi

61 3 0
                                    

Zaky melangkah kembali ke kantin. Ia membeli dua botol air mineral. Setelah itu, ia melangkahkan kaki keluar kantin.

Diujung lapangan, terlihat Qinta duduk dan mengelap keringat dengan tangannya. Ia sudah selesai melaksanakan hukuman Pak Daus.

Tiba-tiba..
BYUR
Setengah ember air kotor dan berbau ditumpahkan Ghina kearah Qinta. Ghina tersenyum puas.

Zaky geram melihat tingkah laku pacarnya yang bahkan ia malas menyebutnya pacar. Zaky meremas botol minum yang baru ia beli. Sudah cukup muak ia melihat tingkah Ghina yang menggelikan dan membuat dirinya muak. Hadirnya Ghina malah membuat kepala Zaky semakin pusing, memikirkan keluarganya saja ia sudah pusing, ditambah Ghina yang gila ini. Mungkin benar apa kata Qinta kepadanya kemarin, cewe yang ia pacari adalah cewe gila.

"Lo apa-apaan, sih?!" bentak Qinta yang mendapati tubuhnya basah tersiram air kotor.

"Gue makin benci sama lo!" ucap Ghina lantang.

"Gue bersihin toilet capek-capek keringetan. Itu semua karena lo!" tunjuk Ghina dengan garang.

"Salah lo sendiri nampar gue. Punya salah aja engga," balas Qinta. Ia juga muak melihat cewe gila ini semakin gila tiap menitnya.

"Semenjak ada lo, hidup gue keganggu!" seru Ghina lagi.

Qinta merebut ember kosong yang dipegang Ghina. Ia memasukkan ember itu ke kepala Ghina.

"Nih, warasin deh otak lo didalem ember."

Qinta pun berjalan kearah toilet. Ia bingung sekarang. Bagaimana bisa ia kembali ke kelas dengan baju basah dan bau seperti ini?

"Dasar cewe sialan. Bener-bener udah gak punya otak. Atau otaknya didengkul kali, ya? Gak ngerti lagi. Depresi berat kali dia, ya? Dia gak mikir apa, gue pake baju apaan anjir masuk kelas? Orang gila, kenapa gue bisa berurusan sama orang gak waras," Qinta meracau sambil berjalan kearah toilet.

Tangannya digenggam seseorang dari arah belakang.

Otak Qinta mendidih karena yakin Ghina akan berulah lagi.

"Lepasin gak, dasar cewe gi--"

Ia menoleh hendak menyelesaikan kalimatnya, tapi ia langsung sadar bahwa yang menggenggamnya adalah Zaky, bukan Ghina.

"Lo lagi! Udah, deh. Lo mending jauh-jauh dari gue. Gara-gara lo, gue selalu kena sial. Berhari-hari, gue sial mulu. Itu semua karena lo!" ucap Qinta kesal. Ia merasa Zaky adalah pembawa sial.

"Gue mau kasih ini."

Zaky mengulurkan tangan yang satunya, memberikan sebotol air mineral.

"Gausah. Gue bisa beli sendiri," ucap Qinta.

Qinta hendak melengos pergi tapi tangannya masih dalam genggaman Zaky.

BRAK
Seonggok ember terlempar dan mengenai badan Qinta. Zaky dan Qinta menoleh.

"Baru juga gue bilang, jauhin cowo gue!" teriak Ghina yang berjalan semakin mendekat.

"Heh, cewe gila! Liat pake mata kepala lo sendiri! Siapa yang megang tangan gue?!" bentak Qinta.

Ghina memperhatikan sesaat.

"Tetep aja lo kegatelan! Bitch!" cecar Ghina. Ia tidak mau menelan kenyataan bahwa Zaky yang memegang tangan Qinta.

Zaky tetap menggenggam tangan Qinta, tak melepaskannya walaupun Ghina berteriak dan mencecar.

"Ky, kamu diganggu ya, sama Qinta? Kamu terganggu sama kehadiran Qinta, kan?" tanya Ghina dengan lembutnya disamping Zaky. Ia terlihat manja. Berubah total dari perlakuan liarnya tadi.

RapuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang