Setelah puas nongkrong di warung mamang, Zaky pun kembali kerumah. Betapa terkejutnya ia mendapati kedua orangtuanya masih beradu mulut dan sekarang ditambah saling lempar barang.
"Pa, ma, kenapa kalian gak cerai aja?" tanya Zaky datar. Sebenarnya ia tidak menginginkan hal itu terjadi. Ia pun baru pertama kali melontarkan pertanyaan ini karena merasa jengah dengan sikap kedua orangtuanya.
Sontak kedua orangtuanya menghentikan aksi adu mulut serta lempar barangnya dan menatap Zaky tajam, terutama papanya.
"Kalo ibuku mengizinkan juga sudah aku ceraikan dia!" teriak Rizal dengan amarah.
"Mas tolong.." pinta Zuanita memelas.
"Sudahlah! Sekarang dia berhak tau! Dia harus tau kelakuanmu!" teriak Rizal dengan jari telunjuk mengarah pada Zuanita.
"Mas.. kita sudah buat kesepakatan."
Zaky mengernyitkan dahi. Selama ini ia tidak tau masalah dibalik cekcok mulut kedua orangtuanya. Sekarang apa lagi ini? Kesepakatan?
"Zaky udah umur segini dan mama masih gak mau kasih tau apapun? Zaky berhak tau, ma. Apa mama mau disakitin terus sama papa? Kenapa, ma? Apa ada yang disimpen sama kalian? Zaky pengen mama sama papa akur, kalo gak bisa untuk apa kalian menikah? Lebih baik cerai, kan," tanya Zaky. Rasa penasarannya begitu dalam setelah tahu ada kesepakatan diantara orangtuanya. "Apa-apaan ini," batin Zaky.
"Sini!" perintah Rizal pada Zaky. Ia menyuruh putranya duduk di ruang keluarga.
"Terserah kamu mau kasih penjelasan juga atau engga!" ucap Rizal pada Zuanita.
"Mas.." panggil Zuanita.
"Apa? Kamu tidak punya nyali, hah?!" tanya Rizal.
"Mas, kumohon."
"Aku gak akan turutin permohonanmu," ucap Rizal dingin.
Kini, suasana dingin menyelimuti ruang keluarga mewah kediaman Zaky. Misha sudah tidur dikamarnya karena memang sudah larut malam.
"Kamu mau tau, hah, kenapa kami berantem?" tanya Rizal.
Zaky mengangguk, "tolong papa sama mama cerita tanpa ada yang ditutupin. Zaky anak kalian. Tolong," pintanya memelas.
"Baik. Jangan terkejut," ucap Rizal dengan nada meremehkan.
Rizal mulai membuka suara dan Zuanita menundukkan kepala. Mereka bertiga duduk berjauhan.
Flashback on
"Belinda sayang," panggil Rizal. Belinda, pacar Rizal yang sudah bersama selama empat tahun, sedang asyik memakan udon. Ia menoleh. Saat itu umur mereka masih muda, mereka baru saja lulus dari kuliah.
"Ada apa?" tanya Belinda lembut.
"Aku mau bicara tapi kayaknya gak cocok disini."
"Lalu mau dimana?"
"Hm, kamu ikut aja pokoknya. Tapi sebelumnya aku mau turutin semua kemauan kamu."
Belinda pun dengan wajah berbinarnya meminta es krim 3 scoop serta waffle coklat. Setelah itu mereka meninggalkan mall. Rizal membawa kekasihnya itu ke sebuah taman yang untungnya sedang sepi.
"Kita ke taman? Untuk apa?" tanya Belinda.
Rizal menggenggam tangan Belinda dan membawanya untuk duduk di bangku taman sambil menikmati pemandangan sore hari. Suara air mancur bergemiricik diantara keheningan.
"Lin," panggil Rizal.
"Maafin aku dan jangan benci aku setelah ini," lanjutnya.
Belinda bingung dan menunggu kelanjutan perkataan Rizal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rapuh
Подростковая литератураSeorang cowo ganteng disekolah, ditaksir banyak wanita, terlihat cool dan garang diluar, ternyata dilubuk hatinya menyimpan kesedihan. Hatinya sering bergejolak. Hidupnya terlihat mewah dan menyenangkan dimata orang lain, namun dirinya tidak merasa...