26. Tertipu

42 1 0
                                    

Pagi ini Qinta sedang sarapan bersama kedua orangtuanya. Ia melirik kearah jam dinding di ruang makan berkali-kali sampai tidak fokus dan makannya menjadi lamban.

"Ngeliatin jam dinding mulu ada apa sih?" tanya Adli --papa Qinta.

"Ah, engga."

Mamanya ikut bergabung dalam obrolan pagi ini, "nunggu pacarnya jemput, pa. Kayaknya anak kita lagi berantem sama pacarnya."

"Atau jangan jangan lagi pms terus pacarnya yang kena," tambah mama diiringi tawaan diakhir. Muka Qinta berubah menjadi bersungut-sungut.

"Ih, mama apaan sih. Aku aja gak punya pacar," balas Qinta.

"Tuh, liat itu anakmu, pa. Masa pacar sendiri gak diakuin," ucap Delia seraya menunjuk wajah Qinta yang memerah kesal bercampur malu. Moodnya masih saja mudah berantakan pagi ini.

Tawa Delia mereda dan kembali bertanya, "hari ini kamu gak dijemput pacarmu? Mana dia? Beneran berantem ya kalian? Aduh sayang..."

"Ih udah ah. Mama ngeledek mulu!"

Qinta tidak menghabiskan makanannya dan pamit pergi. Ia memesan ojek online pagi ini. Sambil menunggu ojek onlinenya datang, Qinta berulang kali mengecek handphonenya. Tidak ada satupun pesan dari Zaky. Apakah cowo itu hanya mempermainkannya? Qinta kesal. Memang sih dia buka pacar resminya, toh Qinta sendiri yang bilang. Tapi kan Qinta menaruh harapan. Namanya juga gengsi. Huh, Zaky tidak peka terhadap dirinya. Ia kembali kesal pagi ini.

Ojek onlinenya datang dan ia segera menaiki motor itu. Sebelum naik, ia sempat celingak-celinguk, memastikan untuk yang terakhir kalinya apakah Zaky datang dan ternyata memang lelaki itu tidak menjemputnya pagi ini.

Diperjalanan mukanya ditekuk seperti kemarin ditambah badannya yang terasa pegal-pegal padahal ia tidak melakukan kerja rodi apapun. Ia yakin sebentar lagi dirinya akan mengalami menstruasi.

Motor yang ditumpangi Qinta sampai didepan gerbang sekolah, "nih bang uangnya. Kembaliannya ambil aja. Makasih bang."

Qinta bergegas masuk ke sekolahnya.

Sepanjang koridor, ia kembali digunjing. Ya, itu karena dirinya sedang jalan sendiri tanpa pelindung. Masa bodolah, Qinta tidak mau moodnya semakin hancur. Ia menulikan pendengarannya.

"Pergi kesekolah sendirian kayaknya dia dibuang Zaky."
"Karma cewe murahan."
"Sok ngedeketin most wanted boys sih."

Seseorang menepuknya dari belakang dan Qinta tetap tak peduli sampai orang itu mensejajarkan langkahnya.

"Luna," panggil orang disebelahnya. Qinta menoleh dan mendapati Ogi alias Putra.

"Ogiiii," rengek Qinta tak peduli tatapan sinis disekitarnya. Untungnya ada Putra jadi suara ghaib yang sejak tadi kini menghilang bak ditelan bumi.

"Kayaknya aku pms. Jadi betean gini," ucap Qinta.

Putra mengelus rambut Qinta membuat murid disekitarnya jealous tapi tak bisa berbuat apapun karena tatapan Putra seakan akan menerkam mereka satu persatu.

Zaky yang berada dibelakang mereka hanya bisa melihat dengan tatapan yang entahlah. Ia tidak mau menghajarnya. Ia sedang bingung dengan perasaannya.

Putra mengantar Qinta sampai kedepan kelasnya membuat siapa saja iri dan ingin menggantikan posisi Qinta.

"Qinta congrats ya gue turut seneng lo sama Putra," ucap Talitha setelah Qinta mendaratkan bokongnya ke kursi.

"Eh? Gak gitu, Tal, gue gak jadian," jawab Qinta.

RapuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang