16. Makan yang Banyak

41 2 0
                                    

Jangan lupa vote dan comment teman-teman yang baik hati❤

Qinta memasuki rumah bertingkat dua miliknya. Ia merebahkan diri di sofa. Merasa haus, ia ke dapur untuk meneguk segelas air mineral. Ia mandi dikamarnya, rambutnya dibungkus dengan handuknya saat selesai. Ia turun untuk menonton televisi diruang tengah.

Tok.. Tok.. Tok..
Suara ketukan pintu rumah Qinta membuatnya mau tak mau bangkit dari sofanya. Padahal tadi posisinya sudah sangat nyaman dengan tontonan yang seru.

Pintu dibuka oleh Qinta. Senyum segera merekah dibibirnya.

"Putra." Nama itu terlontar untuk menyambut orang didepannya.

"Sorry, ya, gue gak ke UKS pas lo pingsan."

"Gapapa, lo, kan, emang harusnya belajar bukan ke UKS," kata Qinta sambil memicingkan mata.

"Jangan-jangan lo gak belajar lagi," selidik Qinta karena tahu para most wanted boys doyan cabut-cabutan.

"Belajar anjir, gue kemarin gak cabut."

"Eh, iya, ada apa kesini?" tanya Qinta ketika melihat tangan Putra menggenggam banyak plastik.

"Ini, lo harus banyak makan. Gue bawain lo makanan."

Putra menyodorkan plastik-plastik yang ada ditangannya.

"Gila, ini semua makanan?" mata Qinta membelalak. Bagaimana bisa ia makan sebanyak ini untuk seorang diri.

"Makasih banyak, ya. Eh, iya, masuk dulu. Cuma berdiri doang didepan pintu entar pegel," ajak Qinta.

"Boleh, nih?" tanya Putra yang disambut anggukan Qinta.

Putra duduk di sofa sementara Qinta menaruh seluruh makanan yang tadi diberikan Putra di meja makan, lalu berjalan ke dapur untuk mengambil secangkir air. Ia juga mengambil kue di lemari makanan.

"Ini minuman sama makanannya. Anggep aja rumah sendiri," ucap Qinta setelah meletakkan makanan dan minuman itu di depan Putra.

"Makasih, Qin."

"Jadi tadi lo pingsan karena belum makan?" tanya Putra membuka topik.

"Iya, hehe. Padahal tuh, ya, gue seumur-umur belum pernah pingsan. Masa gue tiba - tiba tumbang tadi," jujur Qinta disambut dengan suara tawa Putra. Lucu melihat Qinta berbicara apalagi sedekat ini. Ya, mereka sedang duduk di sofa berdua dengan jarak yang dekat dan saling menatap.

"Lo masih sakit gak sekarang?" tanya Putra memastikan.

"Udah baikan, sih."

"Lo tuh, besok-besok sebelum sekolah harus sarapan," nasihat Putra.

"Hehe, gimana mau sarapan, gue aja bangun kesiangan mulu," kata Qinta dengan cengirannya.

"Yaampun, lo cewe. Sadar," ledek Putra.

Qinta cemberut membuat Putra tersenyum senang, lucu melihat gadis itu.

"Emang salah kalo cewe begitu? Emang harus cowo doang yang boleh telat dan bangun siang?" protes Qinta.

"Itu muka gak usah ditekuk-tekuk kali emangnya sepeda lipat," oceh Putra yang sukses membuat Qinta tersenyum.

"Kalo lo gak bisa sarapan dirumah, gue yang bakal bawain makanan buat lo kesekolah tiap pagi," ucap Putra.

"Eh? Ye, ngapain."

"Daripada lo sakit lagi. Gue gak mau. Sedih tau liat lo pingsan," jujur Putra yang membuat Qinta tersipu malu.

"Eh, iya, ngomong-ngomong lo kenapa masih pake baju sekolah?" tanya Qinta.

"Nongkrong gue, belum balik rumah."

RapuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang