"Ayo," ajak Zaky yang sudah bertengger di motornya.
Pagi ini, Qinta menyerah dengan takdir. Ia tak lagi mengelak dengan kabur untuk berangkat pagi demi menghindari manusia yang dibencinya didepan mata sekarang.
Motor Zaky melaju hingga ke parkiran SMA Kejora. Beruntungnya dua insan ini tidak sedang dalam mode kebo alias berhasil bangun pagi. Mereka pun lepas dari jeratan Pak Daus pagi ini.
Zaky menyanggahkan lengannya dibahu Qinta.
"Ih, apaan sih," ucap Qinta risih lalu melepaskan lengan Zaky dari bahunya.
Qinta berjalan dengan cepat mendahului Zaky. Ia tidak mau berlama lama ditatap murid disekitarnya yang seakan-akan ingin menerkamnya.
Zaky hanya terkekeh melihat Qinta dari belakang.
"SALSAAAAA," teriak Qinta sesampainya dikelas membuat dirinya ditatap oleh murid murid dikelasnya.
"Upsie daisy sisisi, maaf mengganggu," ucap Qinta dengan menunjukan telunjuknya yang berbentuk V kepada teman teman dikelasnya.
"Tumben banget ni bocah," ucap Naufal.
"Kenapa, Qin?" tanya Salsa.
"Gapapa, manggil aja."
Qinta hanya cengar-cengir. Entah mulai kapan ia menjadi gila seperti ini.
"Bersemi, nih, kayaknya," ledek Wendy.
Ia sudah duduk disebelah Salsa. Entah kenapa hatinya sedang senang. Tidak tahu alasannya.
"Qin, nih," ucap Putra sambil tersenyum. Lelaki tampan itu memberikan sebungkus roti dan susu kotak. Sontak seisi kelas berteriak dan berbisik membicarakan kedatangan Putra kekelas, terlebih untuk memberikan makanan kepada Qinta.
"Eh, thanks. Besok-besok gak usah kasih makanan, Put. Bibi gue dirumah udah dateng lagi. Makasih, ya, udah mau repot-repot bawain sarapan tiap pagi," ujar Qinta agak tidak enak hati. Ia takut Putra tidak suka atas ucapannya.
"Oh, gitu. Yaudah, gak apa apa. Itu gak ngerepotin, kok. Bukan lo yang minta tapi gue yang mau," balas Putra dengan senyumnya yang manis. Setelah itu, Putra segera keluar dari kelas Qinta.
"Gila, dia embat dua cowo langsung?"
"Qinta pake pelet apa?"
"Gila keren banget gue mau dong dikasih sarapan sama Putra"
"Itu Zaky sama Putra deketin cewe yang sama?"Omongan-omongan orang disekelilingnya membuat Qinta ingin menghajarnya satu persatu.
"Qin, lo kesini sama Zaky?" tanya Salsa.
Qinta mengangguk sambil mengunyah roti yang tadi diberikan Putra.
"Terus barusan Putra kasih lo makanan?" tanya Salsa lagi.
"Udah gila emang dua cowo itu," tambah Salsa.
Qinta hanya diam menikmati rotinya--lebih tepatnya menikmati kejadian tadi dimana Putra tersenyum manis. Ia meleleh.
"Coy, bagi napa cowo jangan lo embat semua," ledek Wendy.
"Ih, dua-duanya bukan cowo gue," balas Qinta.
"Tuh, Naufal jomblo jadiin aja pacar," ledek Qinta sambil melirik Naufal.
"Mending gue nikahin tuyul dibanding Wendy," balas Naufal.
"Heh, ember plastik, siapa juga yang mau sama lo. Gue juga ogah," ucap Wendy bergidik ngeri.
"Ah, sampe jodoh berdua gue ketawain," balas Qinta.
***
"Gak ngumpet lagi lo di toilet?" tanya Salsa ketika sedang merapikan buku.
Bel pulang sudah berbunyi satu menit yang lalu.
"Pasrah, Sal," balas Qinta dengan muka sok pasrah.
"Pasrah atau emang pengen pulang bareng?" ledek Salsa.
Qinta hanya berdecak. Ia, Salsa, Wendy, dan Naufal berjalan keluar kelas. Disana sudah berdiri Zaky.
"Ayo," ajak Zaky sambil meraih tangan Qinta.
"Ayo ayo tapi gak usah pegang tangan gue juga," ucap Qinta dengan muka kesal. Entah kenapa jika melihat muka dan sikap Zaky terkadang ia senang, terkadang ia juga kesal.
Zaky tetap memegang tangan Qinta membuat siapapun yang melihat berteriak menggila.
"Lucu banget"
"Couple goals"
"Cocokan sama Putra"
"Qinta melet Zaky"Qinta lelah dengan suara suara ghaib disekitarnya itu.
"Duluan, ya, Qin," pamit Salsa, Naufal, dan Wendy.
Qinta balas mengangguk.
Zaky membawa Qinta hingga ke parkiran. Ia memakaikan helm dikepala Qinta.
"Kenapa lo selalu bete kalo ada gue?" tanya Zaky sebelum menaiki motornya.
"Kare--"
Zaky segera menaiki motornya sebelum Qinta menjawab. Rasanya Qinta ingin menonjok Zaky saat ini tapi Qinta tahu itu tidak akan menyakiti Zaky justru tangan kecilnya lah yang nantinya kesakitan.
"Lo gak mau naik?" tanya Zaky yang melihat Qinta masih berdiri.
Qinta mengacungkan tinjuannya lalu naik keatas jok motor Zaky. Zaky terkekeh melihat sikap cewe satu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rapuh
Novela JuvenilSeorang cowo ganteng disekolah, ditaksir banyak wanita, terlihat cool dan garang diluar, ternyata dilubuk hatinya menyimpan kesedihan. Hatinya sering bergejolak. Hidupnya terlihat mewah dan menyenangkan dimata orang lain, namun dirinya tidak merasa...