7. Ruang BK

57 2 0
                                    

Sebelum tidur, Qinta sudah memasang alarm di handphonenya. 10 alarm ia pasang supaya keesokannya tidak kena sial seperti hari-hari kemarin.

Jam 06.00. Alarm terakhir yang ia setel pun berbunyi. Qinta dengan mata setengah terbuka, meraba-raba keberadaan handphonenya.

Ia bangkit dari ranjang empuknya. Duduk sebentar untuk mengumpulkan nyawa. Sholat, mandi, merias diri sedikit agar bibirnya cerah dan tidak seperti mayat hidup.

Ia berhasil masuk ke gerbang sekolah sebelum bel berbunyi.

"Fiuuhh.." Qinta menyeka keringat yang ada di wajahnya. Ia bersyukur serta berdoa agar hari ini tidak menjadi hari sialnya seperti kemarin-kemarin.

Ia menaiki satu persatu anak tangga, berbelok, sampailah ia dikelasnya.

"Waduh, kesambet apa lo jadi gak telat gini," ledek Wendy yang sudah datang lebih dulu.

"Astaga, ini serius Qinta? Qinta temen gue, nih?" ucap Salsa sambil mengguncang-guncangkan tubuh Qinta.

"Bawel," balas Qinta singkat.

"Makan apa lo tadi pagi sampe bisa begini?" ledek Naufal.

"Lo tuh, ya, bukannya bersyukur gue dateng pagi, bisa ketemu kalian lebih cepet. Bisa ngobrol dulu sebelum bel masuk," ujar Qinta.

Ketiga temannya hanya terkekeh. Takjub melihat Qinta yang tidak telat hari ini. Jarang-jarang hal ini terjadi.

"Eiya, ngomong-ngomong, lo kemarin sama Zaky ngapain diparkiran?" tanya Salsa berusaha pelan karena tidak mau mengundang perhatian yang lain.

"Dia anter gue pulang."

"HAH, ZAKY ANTER LO PULANG? GILA GILA GILA GILA," teriak Wendy. Ia terlalu kaget dengan hal yang barusan ia dengar dan bodohnya ia mengundang perhatian seisi kelas.

"Bego, lo," tatap Naufal kepada Wendy.

"Anjir, maaf. Sumpah, gue gak nyangka aja. Sumpah, maaf. Serius. Gila. Gawat yang lain nengok," ucap Wendy sambil memukul mukul mulutnya yang sudah lancang berteriak.

Seisi kelas pun membicarakan gadis pindahan itu.

"Tanpa Wendy bilang juga yang lain udah ngeliat kemarin kalo lo ketemuan sama Zaky," ujar Salsa.

Qinta hanya mengangguk santai. Ia tidak masalah. Ia kuat melawan Ghina. Lagipula, jika Ghina menjahatinya lagi ia akan meminta Zaky yang bertanggungjawab dan menjelaskan, bukan dirinya. Ia saja sudah menolak habis-habisan ketika diajak pulang Zaky kemarin. Ogah rasanya berlama-lama dengan manusia menyebalkan itu.

"Kita harus nemenin Qinta terus. Ghina bakal cari celah buat nyakitin Qinta. Berita udah kesebar di akun SMA," perintah Naufal kepada dua sahabat Qinta yang lain.

**
Bel istirahat waktunya murid-murid ke kantin.

Empat sekawan itu sudah membawa jajanan masing-masing dan menduduki meja yang kosong.

Para cowo-cowo hits itu belum memasuki area kantin, baguslah, itu membuat telinga Qinta dan Salsa aman dari teriakan para fans most wanted boys.

Tiba-tiba, Gerry, teman sekelas Qinta sekaligus menjabat sebagai ketua kelas, datang ke meja Qinta.

"Qinta, lo disuruh ke ruang BK sekarang."

Gerry pun melangkahkan kakinya pergi. Gerry adalah sosok tegas dan irit bicara. Tanpa perlu mendengar jawaban Qinta, ia sudah pergi.

"Kenapa lo, Qin? Kayaknya lo gak buat ulah apa-apa," Wendy terlihat bingung.

"Iya, Qin. Masa anak baru udah masuk BK," tambah Salsa.

"Gak tau, deh," balas Qinta.

Qinta menghabiskan makanannya dengan cepat.

RapuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang