Senin, hari yang tidak ditunggu-tunggu murid dimanapun.
Qinta sudah bangun pukul 6.05 pagi. Dengan tergesa-gesa ia mandi dan berpakaian. Pagi ini ia berhasil lolos dari jeratan satpam didepan gerbang serta hukuman dari Pak Daus.
"Hampir aja," ucap Qinta lega ketika sesampainya dikelas.
Tak lama, bel berbunyi. Dari speaker terdengar instruksi guru untuk upacara. Siswa dan siswi SMA Kejora pun berbondong-bondong berjalan kearah lapangan.
Qinta berbaris dibagian agak belakang bersama kedua sahabatnya, Salsa dan Wendy. Naufal berbaris dibarisan laki-laki, disebelahnya.
Upacara sudah dimulai, beberapa murid fokus kedepan tidak mau mencari masalah dengan guru, beberapa lainnya mengotak-atik handphone karena bosan, ada juga yang berbisik-bisik untuk mengobrol dengan teman disampingnya, sisanya menengok kearah para cowo tampan yang berbaris dibagian paling belakang kelas masing-masing, mengagumi wajah tampan dengan peluh keringat mereka.
Qinta masuk kedalam orang yang berbisik-bisik untuk mengobrol dengan Salsa yang ada didepannya.
"Sstt.. Qin, lo mau dihukum?" tegur Naufal.
Salsa dan Qinta pun berhenti mengobrol.
Untuk menghilangkan bosan, mata Qinta berputar-putar, melihat setiap sudut sekolah yang dapat ia jangkau dari tempatnya berdiri hingga bola matanya terbentur dengan bola mata Zaky yang sedari tadi memperhatikannya. Qinta pun kembali menghadap kedepan. Ketika ia merasa bosan, ia melakukan hal yang sama, memutarkan bola matanya untuk melihat-lihat sampai bola matanya berbenturan lagi dengan bola mata Zaky yang masih menatapnya. Ia risih.
"Itu cowo kesambet apaan jadi bengong gitu," gumam Qinta.
Kepala sekolah Qinta memberikan amanat sangat lama. Matahari semakin naik. Cucuran keringat di dahi Qinta kian menderas. Ia pun ingat dirinya belum mengisi tenaga alias belum makan. Namun, ia tidak bilang pada siapapun. Ia masih kuat, pikirnya.
Ia merasakan lututnya bergetar. Ia memegangi pundak Salsa.
"Kenapa?" tanya Salsa dengan kepala agak diputar supaya bisa menengok ke Qinta. Ia pikir Qinta akan mengajaknya bicara.
Qinta berhasil bertahan di lapangan hingga upacara selesai.
"Bubar jalan."
Murid-murid pun mulai berhamburan. Setelah upacara, mereka diberikan waktu 30 menit untuk beristirahat. Untuk hal ini, SMA Kejora cukup baik hati.
Qinta memegangi perutnya.
"Kantin, yuk, temenin gue," ucap Qinta.
"Gue ke toilet dulu, kalian duluan," ucap Naufal.
"Gue mau ke toilet juga, nanti nyusul bareng Naufal, deh. Fal, lo tungguin depan toilet cewe entar," ucap Wendy.
Kini tinggal Qinta dan Salsa. Sesekali Qinta memegang tubuh Salsa dengan sedikit erat karena lutut yang bergetar dan kepala yang tiba-tiba saja pusing.
"Jalannya pelan-pelan aja," pinta Qinta.
"Kenapa lo, Qin? Keringetan banget. Lo sakit? Lo belum makan? Aduh, Qinta. Ayo, lo ke kantin mau beli makan, kan?" ucap Salsa bertubi-tubi. Ia panik melihat keringat bercucuran tak henti-hentinya turun dari dahi Qinta.
Qinta menggeleng. Ia menundukkan kepalanya.
Baru saja ia memasuki area kantin, tubuhnya melemah. Ia memegangi lengan Salsa. Perlahan matanya menutup.
BRUK
Qinta terjatuh disebelahnya, lebih tepatnya pingsan."QINTA!!" teriak Salsa panik yang sukses membuat semua orang menengok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rapuh
Teen FictionSeorang cowo ganteng disekolah, ditaksir banyak wanita, terlihat cool dan garang diluar, ternyata dilubuk hatinya menyimpan kesedihan. Hatinya sering bergejolak. Hidupnya terlihat mewah dan menyenangkan dimata orang lain, namun dirinya tidak merasa...