"Tetap tinggal disini saja, ne? Seoul adalah kota yang sangat besar, Ibu mencemaskan kalian terlebih Jinyoung..."
Seperti yang telah diduga sebelumnya, Ibu Joohyun pasti tidak akan mengijinkan puteri juga cucunya untuk ikut Sehun pergi ke Seoul karena mutasi pekerjaan. Sehun menoleh kearah Joohyun yang tertunduk. Ia sendiri tidak mungkin untuk membantah perkataan Ibu mertuanya. Tangannya tergerak untuk menggenggam tangan Joohyun.
Ayah Joohyun menatap baik-baik pada kedua anaknya yang tengah duduk tepat dihadapannya itu. Sebetulnya Ia mengijinkan jika Joohyun ingin ikut bersama Sehun, toh mereka bisa dikatakan sudah membentuk keluarga sendiri. Tapi, melihat wajah murung isterinya pria dewasa itu paham. Mungkin isterinya itu tidak ingin sesuatu yang buruk menimpa Joohyun jika ikut Sehun ke Seoul.
"Ibu hanya berpikir jika sesuatu tengah terjadi pada kalian tapi, tidak ada seorang pun yang dapat membantu! Tidak ada keluarga disana..."
Kepala Joohyun terangkat setelah mendengar ucapan dari sang Ibu. Memang ada benarnya, Ia sendiri juga seorang Ibu. Jauh dari keluarga memang bukan hal yang menyenangkan. Lalu bagaimana dengan suaminya? Haruskah Sehun pergi seorang diri? Joohyun sungguh tidak sanggup jika harus berpisah. Ia menatap Sehun yang tengah duduk disampingnya.
"Baiklah, aku akan pergi seorang diri. Joohyun dan Jinyoung tetap disini!"
Penuturan Sehun lantas membuat Joohyun terpaku. Keputusan sepihak yang Sehun buat membuat Joohyun cukup merasa sedih. Setelah berucap seperti itu, Sehun tersenyum kecil kearah Joohyun, menggenggam tangan wanita itu semakin erat berusaha meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Ia pergi untuk masa depan mereka.
"Sehunㅡah...", gumam Joohyun memberikan tatapan tidak rela.
"Ige gwenchana...", sahut Sehun mengangguk kecil pada Joohyun.
Kata-kata Sehun sama sekali tidak menenangkan Joohyun. Wanita itu melepaskan genggaman tangan Sehun kemudian pergi begitu saja dari ruang tamu kedua orang tuanya menuju ke dalam kamarnya dulu meninggalkan 3 orang dewasa yang terkejut dengan perbuatannya. Ada puteranya yang tengah tertidur pulas disana.
"Jinyoung hiks...", isak Joohyun seraya menatap putera kecilnya yang terlelap dengan damainya.
Sementara itu di ruang tamu Ibu Joohyun juga ikut bersedih. Mungkin jawaban yang Ia berikan atas permintaan ijin dari kedua anaknya itu sangat mengecewakan tapi, sungguh Ia hanya ingin semuanya dalam keadaan baik.
"Gwenchana, aku memahami perasaan Ibu! Aku akan mencoba berbicara dengan Joohyun!", tutur Sehun selanjutnya pergi menyusul isterinya.
Pintu kamar Joohyun tertutup rapat. Perlahan Sehun bergerak untuk mengetuk pintu itu sebentar. Tapi, sepertinya Joohyun benar-benar merasa tidak rela atas ucapan Sehun tadi. Wanita itu sama sekali tidak bereaksi ketika Sehun terus mengetuk pintu sambil menyerukan namanya.
"Sayang, buka pintunya. Kita bicarakan ini sekali lagi, ne?", bujuk Sehun.
Didalam kamar, Joohyun sudah terduduk di tepi ranjang. Ia masih menangis tersedu-sedu. Kenapa harus Sehun? Kenapa harus suaminya yang dimutasi?
"Joohyunㅡah, kau dengar aku? Kumohon buka pintunya...", mohon Sehun menempelkan sisi kanan dahinya pada permukaan pintu sementara sebelah tangannya terus mengetuk pintu.
Hingga terdengar suara kunci yang diputar kemudian daun pintu yang bergerak. Pintu terbuka sedikit, tanpa menunggu lebih lama Sehun menerobos masuk. Sepasang netranya mendapati sang isteri dengan wajah yang sudah basah duduk di tepian ranjang. Setelah menutup pintu, pria itu mendekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
장미꽃 향기는 바람에 날리고(𝙍𝙤𝙨𝙚 𝙎𝙘𝙚𝙣𝙩 𝘽𝙧𝙚𝙚𝙯𝙚)
Fanfiction[COMPLETED] "Aroma mawar menyebar bersama angin Napas sedih yang tersebar di udara Aku tidak bisa memelukmu Dirimu yang menghilang dariku, aku tidak bisa memelukmu lagi..." Seseorang yang selama ini berarti dihidupmu tiba-tiba saja menghilang, baga...