Pisau yang ada di tangan kanan Joohyun terjatuh membentur lantai. Sementara telunjuk kirinya sudah dipenuhi cairan kental merah pekat. Rasanya begitu perih membuat dirinya meringis pelan. Malam-malam begini memang kadang kebiasaannya yakni mengupas buah, sehingga besok pagi putera kecilnya bisa langsung memakan buahnya.
Cepat-cepat Joohyun menyalakan kran air lalu meletakkan telunjuknya yang penuh darah dibawah kucuran air. Ada apa ini? Mengapa perasaannya menjadi gelisah tidak karuan? Air terus menghapus jejak darah di telunjuknya sementara pikirannya mulai berkelana. Sungguh hatinya tidak tenang.
Matanya terpejam dalam-dalam. Tidak! Joohyun tidak boleh memikirkan hal-hal buruk! Mungkin saja ini efek dirinya yang tidak berhati-hati sehingga terluka seperti ini! Semuanya akan baik-baik saja, ya!
Darah itu tertahan karena terus ditekan oleh kucuran air. Seusai mengeringkan telunjuknya, Joohyun meraih plester yang diletakkan di kotak obat lalu memasangkannya pada jari telunjuknya. Kegiatan memotong buahnya tidak Ia lanjutkan, biar besok saja. Sekarang dirinya ingin mengecek puteranya yang sudah sejak 1 jam yang lalu tertidur pulas.
🌹🌹🌹
Kedua tangan itu saling mengait, juga menggenggam. Sementara ada wajah ketakutan yang bersembunyi dibaliknya. Wanita itu terus merapalkan do'a semoga seseorang yang tidak sengaja Ia tabrak tadi masih bisa diselamatkan. Sudah hampir 1 jam lebih dokter dan para perawat didalam sana tak kunjung menampakkan diri. Sementara wanita itu masih duduk seorang diri didepan ruang instalasi gawat darurat.
Cklek!
Atensi merebut fokus wanita itu manakala pintu ruangan disampingnya itu terbuka. Ada seorang suster yang datang menghampiri.
"Maaf, apa Anda keluarga dari pasien?"
Saking takutnya wanita itu sampai kesulitan untuk mengeluarkan sepatah dua kata hanya untuk sekedar memberikan jawaban untuk suster dihadapannya itu.
"Pasien dalam keadaan kritis. Sekarang tolong Anda pergi ke bagian administrasi agar pasien bisa mendapatkan ruang rawat juga penanganan lebih intensif. Setelah ini akan ada dokter yang bisa menjelaskan keadaan pasien secara detail. Terimakasih."
Wanita itu masih juga kehilangan kemampuannya untuk menyahuti ucapan suster yang kini sudah melenggang pergi. Sebelum menyerahkan si korban ke beberapa tenaga medis didalam sana, wanita itu sempat mengambil dompet juga ponsel si korban. Ia bingung apa Ia harus menghubungi keluarganya sekarang atau nanti. Oh Tuhan, dirinya tidak ingin dilaporkan ke polisi karena kasus ini!
"Oh Sehun...", gumamnya membaca kartu tanda penduduk milik korbannya.
Irisnya bergerak ke kanan ke kiri membaca kartu identitas itu. Ia kembali menatap ke sembarangan arah gelisah. Ternyata Oh Sehun yang menjadi korbannya itu bukan asli penduduk Seoul. Setelah diketahui ternyata alamat rumah Sehun tentu saja jauh dari Seoul, dirinya semakin tidak tahu harus bagaimana.
Mengusir rasa gelisahnya, wanita bertubuh tinggi itu mulai berjalan ke bagian administrasi untuk mengurus semuanya. Ia tidak ingin karena terlalu lama berpikir berakibat buruk pada keselamatan nyawa yang sedang diambang kematian didalam sana. Biarlah, nanti dipikirkan lagi.
"Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap pasien, benturan keras yang terjadi pada kepalanya membuat ingatan pasien terganggu."
"Apa maksud Anda dia mengalami gegar otak?"
Dengan sangat menyesal dokter itu mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
장미꽃 향기는 바람에 날리고(𝙍𝙤𝙨𝙚 𝙎𝙘𝙚𝙣𝙩 𝘽𝙧𝙚𝙚𝙯𝙚)
Fiksi Penggemar[COMPLETED] "Aroma mawar menyebar bersama angin Napas sedih yang tersebar di udara Aku tidak bisa memelukmu Dirimu yang menghilang dariku, aku tidak bisa memelukmu lagi..." Seseorang yang selama ini berarti dihidupmu tiba-tiba saja menghilang, baga...