Rose Scent Breeze ㅡ18🌹

890 127 4
                                    

Langit-langit ruangan dengan warna putih yang dominan juga ditambah bau obat-obatan yang pertama kali didapati Sehun setelah sadar dari pingsannya. Matanya yang masih belum dapat menyesuaikan pencahayaan dalam ruangan itu mengerjap beberapa kali secara berulang-ulang. Ia mengangkat satu tangannya menyentuh kepalanya dan kemudian Ia dapati selang infus terpasang di punggung tangan kirinya.

Rumah sakit.

Sehun menyadari dimana keberadaannya saat ini. Ruangan itu hanya terisi olehnya sendiri. Tidak ada siapapun. Mimpi yang akhir-akhir ini membayanginya semakin menjadi saja. Bocah kecil yang Ia lihat dalam mimpinya itu tak menampakkan wajahnya secara jelas namun suaranya terasa begitu nyata masuk ke telinga Sehun.

Pria itu terjebak dalam kebingungannya sendiri. Semakin dipikirkan akan semakin sakit kepalanya. Apa mungkin bukan cuma dirinya yang juga mengalami mimpi berulang-ulang seperti itu? Ia merasa aneh.

Derit pintu merebut atensinya. Sosok wanita yang menjadi teman satu atapnya berjalan mendekat setelah menutup pintu ruang rawatnya.

"Sehun, kau sudah sadar? Syukurlah..."

Yang tidak dijawab oleh Sehun. Sejak pertama kali dirinya mengetahui bahwa wanita itu mengaku sebagai kekasihnya, Ia masih merasa asing oleh wanita yang kini tengah menggenggam tangannya.

"Apa kepalamu masih sakit? Masih pusing hmm?"

Untuk kedua kalinya Sehun hanya bungkam. Matanya terus memperhatikan baik-baik Subin yang duduk di sisi ranjang pesakitan yang Ia tempati.

"Sehun? Kenapa diam saja? Kupanggilkan dokter kalau begitu..."

Sebelum Subin berhasil anjak, Sehun sudah lebih dahulu menahannya. Sehun mendapatkan pergelangan tangan wanita itu.

Mata Subin bergulir menatap pada pergelangan tangannya juga Sehun bergantian lantas memutuskan duduk kembali, "Ada apa?"

"Tolong..."

Dahi Subin mengernyit, "Ada apa, Sehun?"

Mata Sehun sudah bertubrukan dengan lensa milik Subin. Pria itu berusaha mencari-cari sesuatu yang mungkin saja tidak Ia ketahui selama ini.

"Sehun, kau baik-baik saja? Kau ingin aku melakukan apa?", tanya Subin mendekatkan wajahnya pada Sehun yang masih terbaring itu.

"Kau itu siapa?"

Lagi-lagi Subin dibuat heran dengan pertanyaan yang Sehun lontarkan. Kerutan pada dahinya semakin nampak jelas.

"Katakan padaku, kau itu siapa?"

Perlahan Subin memberi jarak antara wajahnya dengan wajah Sehun. Tangannya masih dipegangi oleh Sehun. Bola matanya bergerak acak, perasaannya mendadak gelisah.

"Kau mengatakan bahwa kita adalah sepasang kekasih..."

"Y-ya ki-kita s-sepasang ke-kekasih..."

Sehun mendapati Subin yang berbicara sembari menunduk. Pegangan tangannya mengerat membuat Subin menjatuhkan pandang ke matanya kembali.
"Lantas mengapa aku tidak berdebar jika berada didekatmu? Jika memang ingatanku hilang seharusnya perasaanku juga tidak semudah itu lupa kan? Harusnya aku merasa lain kan berada didekatmu? Perasaan senang, berdebar dan semacamnya. Mengapa itu semua tak kurasakan?"

Mulut Subin mengatup rapat.

"Tolong, katakan yang sejujurnya kau itu siapa? Mengapa saat aku minta bukti kenangan antara kita berdua kau selalu mengalihkan pembicaraan? Jika aku kekasihmu harusnya kau membantuku mengembalikan ingatanku dengan menunjukkan hal-hal yang dapat membangkitkan ingatanku kan?"

장미꽃 향기는 바람에 날리고(𝙍𝙤𝙨𝙚 𝙎𝙘𝙚𝙣𝙩 𝘽𝙧𝙚𝙚𝙯𝙚) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang