Terduduk seorang diri, Sehun menatap arena bermain yang ada di taman. Banyak sekali anak kecil yang bermain sembari bersenda gurau disana. Entah mengapa dirinya jadi merindukan sosok mungil yang dulu pernah menghampirinya ketika dalam posisi yang sama seperti ini. Senyumnya perlahan mengembang, ia menghela nafas menyayangkan tidak mengetahui nama anak kecil tersebut.
"Siapa ya namanya?", gumamnya seorang diri.
Ingatan ketika bocah kecil itu memanggilnya dengan sebutan Ayah terus berlarian dipikirannya tidak mau berhenti. Dalam hati Sehun berharap ia bisa bertemu anak itu lagi disini, barangkali.
Sebuah bola sepak menggelinding kearahnya dan berhenti tepat di depan kakinya. Bergerak memungut benda bundar itu, Sehun mengangkat wajahnya dan mendapati seorang anak laki-laki tengah berlari kearahnya.
"Paman, tendang bolanya!", pinta anak itu yang berdiri beberapa meter dari posisi Sehun berada.
Sehun memenuhi permintaan anak itu. Ia menendang pelan bolanya hingga tertangkap oleh tangan anak itu.
"Wah, tendangan yang bagus! Paman mau ikut main? Kami kekurangan pemain!", ujar anak itu yang kira-kira usianya sekitar 9-10 tahunan.
Daripada hanya berdiam diri, jadi Sehun angguki ajakan anak itu. Lantas bangun dari duduknya mengekori anak tersebut.
"Hey, aku membawa seorang pemain lagi!!", seru anak itu lantang pada teman-temannya.
"Orang dewasa?"
"Memangnya kenapa?"
Seorang anak nampaknya tidak setuju, "Tidak imbang! Aku tidak setuju! Dengan begitu kami pasti akan cepat kalah!"
"Ya, benar!", seru satu orang anak lagi.
"Tapi, kita kan kekurangan pemain?"
"Begini saja, bagaimana kalau Paman jadi wasitnya? Kau yang bawa peluit, apa kau wasitnya?", sela Sehun berusaha menengahi anak-anak itu.
Seorang anak yang memakai kalung bergandul peluit itu mengangguk.
"Kau ikutlah main, biar Paman yang menggantikanmu!", ujar Sehun.
"Nah, kalau itu aku baru setuju!", balas anak yang awalnya tadi menentang Sehun ikut bermain.
"Ya sudah!", kata anak yang tengah diajak Sehun bicara lantas menyerahkan peluitnya pada Sehun.
"Paman, tidak boleh pilih kasih ya? Harus adil!"
"Siap!", sahut Sehun kemudian tersenyum pada mereka semua.
Dan permainan dimulai. Segerombolan anak itu bersama Sehun begitu seru memainkan permainan sepak bola. Bagi Sehun ini cukup menyenangkan. Semakin ia terlarut dalam interaksinya bersama anak-anak itu ia semakin teringat oleh bocah kecil itu.
"Ayah..."
Sampai-sampai Sehun dapat mendengar suaranya kini.
"TENDANG BOLANYA KEMARI!!!"
Bola melambung keatas dan mengarah pada Sehun dengan begitu cepatnya.
"YAK AKU TAK SAMPAI!!!"
"PAMAN AWAS BOLANYA!"
Bugh!
Sehun ambruk ke tanah seraya memegangi kepalanya. Rasanya kepalanya berputar dengan begitu cepat. Matanya mengerjap berusaha mengembalikan fokusnya. Sementara anak-anak itu berlari mendekatinya dengan rasa panik luar biasa.
"Kenapa kau tendang bolanya keras sekali, bodoh?"
"Aku tidak sengaja!"
"Paman, kau baik-baik saja? Kepalamu sakit ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
장미꽃 향기는 바람에 날리고(𝙍𝙤𝙨𝙚 𝙎𝙘𝙚𝙣𝙩 𝘽𝙧𝙚𝙚𝙯𝙚)
Fiksi Penggemar[COMPLETED] "Aroma mawar menyebar bersama angin Napas sedih yang tersebar di udara Aku tidak bisa memelukmu Dirimu yang menghilang dariku, aku tidak bisa memelukmu lagi..." Seseorang yang selama ini berarti dihidupmu tiba-tiba saja menghilang, baga...