"Jika nanti dirimu ku kecewakan, bebas kau ingin marah atau kecewa. Asal pintaku hanya satu, jangan beranjak pergi dari kehidupanku."
000
Mata Friska membelalak sempurna mendengar penuturan yang diucapkan Ade barusan. Ini pendengaran Friska tidak bermasalah kan? Sosok Ade, mengatakan hal yang bisa dibilang terlewat berani itu pada Friska?
"Nggak-nggak," lanjut Ade sembari menyuapkan satu sendok makanan kedalam mulut Friska.
"Ish, udah baper juga," kesal Friska sembari menggembungkan pipinya.
"Jangan baper, belum saatnya. Nanti aja, ya?" kata Ade. Friska menaikkan satu alisnya tak paham. Mungkin pikirannya yang terlalu cetek.
"Maksudnya?" tanya Friska polos.
"Nggak, jangan dipikirin. Kalau kata Dilan, berat. Kamu nggak akan kuat," kekeh Ade.
"Kamu sekarang udah mulai berani blak-blak-an ya? Kemaren aja hmm, boro-boro ngomong kaya beginian. Natap muka aku aja nggak berani, cihh. Cemen kamu," ledek Friska yang justru menimbulkan gelak tawa diantara keduanya.
"Terserah kamu aja," kekeh Ade.
Ade kembali fokus menyuapi Friska dengan sabar. Sesekali mereka melemparkan candaan agar suasana tidak menjadi awkward.
"De?" panggil Friska.
"Ya?"
"Gapapa, ngetes aja. Pendengaran kamu, masih berfungsi baik apa enggak," kata Friska.
"Masih lah. Kamu enak aja," balas Ade dengan menarik hidung Friska. Meski ragu-ragu, namun tetap terjadi juga.
"Nakal ish!" kesal Friska sembari mengusap hidungnya yang mungkin sudah memerah akibat tarikan Ade barusan.
"Ade kalo nggak pake kacamata, kaya gini misalnya. Jadi lebih ga--
Friska terdiam. Menatap wajah Ade yang tanpa tertutup kacamata miliknya. Wajah yang begitu familiar dimata Friska. Namun, saat dirinya menatap intens wajah Ade, Ade keburu memasang kembali kacamata miliknya.
"Aku kaya nggak asing sama wajah kamu," ujar Friska.
"Kaya pernah liat. Tapi dimana?" lanjutnya dengan menatap Ade yang sudah kebingungan sendiri.
"Mu-mungkin emang ada yang--yang mukanya sama kaya muka aku," ujar Ade sembari berusaha menutupi rasa gugupnya.
"Mungkin juga sih ya," balas Friska sembari manggut-manggut.
"Buruan dihabisin," kata Ade yang langsung dibalas anggukan semangat dari Friska.
🌻🌻🌻
"Li, kamu pulang sendiri dulu gapapa? Aku udah cariin taksi. Sekalian aku bayarin nanti. Kalo Budhe sama Pakdhe tanya, bilang aja aku kerumah Ade."
Camelia hanya manggut-manggut mendengarkan setiap ucapan yang Friska tuturkan.
"Pulang jam berapa?" tanya Camelia. Posisi saat ini mereka sudah berada di parkiran sekolah.
"Nggak lama. Paling habis makan malam, pulang," ujar Ade.
"Nih, cukup nggak?" tanya Friska sembari menyodorkan uang 100 ribuan berjumlah dua lembar.
"Ini lebih dari cukup Fris. Kebanyakan, nggak usah banyak-banyak elah. Nih, aku masih ada uang sisa kok," kata Camelia sembari mengembalikan uang tadi satu lembar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Nerd Boyfriend
Teen FictionUpdate setiap hari Minggu💗 ========= Bunga matahari memiliki makna dan filosofi tersendiri. Filosofi bunga matahari tersebut memiliki arti kesetiaan. Karena penampang bunga ini selalu setia mengikuti arah matahari bersinar. Dia juga memiliki kelopa...