16

9.3K 478 11
                                    

"Gue mau nunjukin sesuatu sama lo" kata Fino seraya narik tangan gue.

Dan di sinilah gue sekarang, di tengah pemakaman, bersimpuh di depan makam seseorang bernama Aini.

"Dia siapa?" tanya gue pada Fino yang sekarang natap sendu penuh kerinduan pada makam itu.

"Dia mama, Mama kita"

Gue memfokuskan pandangan gue pada Fino.

"Mama kita?" gue minta penjelasan lebih.

"Lo saudara kembar gue, cuma lo lebih mirip ke papa dan gue ke Mama" jelas Fino.

Gue malah ketawa.

"Ga percaya gue sumpah"

"Dan mama menitipkan lo yang waktu itu masih bayi ke saudara mama, Om Fernand"

Gue diem. Om Fernand kan yang ngangkat gue jadi anaknya di rumah eyang.

"Dan lo?" tanya gue.

"Gue terpaksa bekerja saat umur gue masih usia 11 tahun, alasan mama nitipin lo ke adiknya, Om Fernand sendiri, adalah agar lo gak ikut hidup susah bareng gue sama Mama" lanjut Fino.

"Papa?"

"Papa kabur ke luar negri dengan alasan tidak lagi mau hidup susah bersama kami" Fino menunduk.

Deg.

Kok sakit ya denger penjelasan Fino. Mana nama-nama yang dijelaskan Fino sama semua lagi dengan nama-nama yang ada di kehidupan kecil gue.

"Lo gak boong?" gue masih ga percaya.

Fino mengusap airmatanya kasar. Lah, Fino nangis tadi?

Fino mengeluarkan secarik kertas, dan disana ada foto dua anak bayi, satu cewek satu cowok usia dua tahunan lah.

Dan gue bisa pastiin kalo yang di foto itu adalah gue sama Fino. Secara muka nya mirip banget sama yang fersi dewasa, ya gue sama Fino.

"Ini gue sama lo ya?" tanya gue seraya mengambil alih foto.

Fino mengangguk.

"Kecilnya mirip kok gedenya beda banget sih?" pertanyaan itu keluar gitu aja dari mulut gue.

"Ya gatau" Fino.

"Muka lo mirip banget sama Papa Fir" Fino liatin muka gue.

"Emang papa orang mana dulu? Muka gue kan ke arab-araban" ucap gue jujur.

"Papa orang pakistan, Mama orang sunda"

Jadi gue itu blaster Pakistan-Sunda gitu? Woeh keren.

"Dan lo bilang tadi lo mirip mama?" tanya gue ke Fino.

Fino ngangguk, dia kembali mengalihkan pandanganya pada Kuburan yang kata Fino itu mama gue sama dia.

"Pantesan cantik" celetuk gue.

"Gue cowok njir" Fino ga terima.

"Ya tetep aja cuntak ih, gimana gue aja si"

"Yehh ngegas, iya cewek selalu salah cowok selalu benar" Fino berdiri.

"Kebalik kasepp" gue narik tangan si Fino biar jongkok lagi di sebelah gue.

"Kita doa dulu di makam mama bentar ya" kata gue.

Fino ngangguk aja.

Ini kan yang gue mau? Ketemu sama mama kandung gue, walaupun beliau udah gak bisa lagi menghirup oksigen kehidupan. Seenggaknya sekarang gue tau di mana keberadaan mama gue, walaupun beliau sudah di bawah tanah dan gue di atas tanah.

Married With A Childish BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang