33

6.7K 345 28
                                    

Hancur. Ingin marah pada tuhan tidak bisa, hatinya seakan di remas tangan besar dengan kasar.

Seorang Fira yang biasanya ceria kini hanya bisa merenungi nasibnya yang harus kehilangan ingatan Vano. Anaknya harus hidup tanpa ayah karena Vano tidak mengenali anaknya sendiri, nasib sial itu membuat Fira ingin mengutuk takdir. Dia sangat kecewa dengan keadaanya sekarang.

Mengapa harus Vano yang tuhan ambil ingatanya? Mengapa tidak dirinya saja? Penantiannya selama ini sia sia jika begini.

Fira kini sedang mendorong kursi roda Vano dengan langkah perlahan mengelilingi taman belakang rumah  sekedar jalan jalan.

"Lo beneran ga kenal gue Van?" Tanya Fira, pandanganya fokus ke depan dan kosong. Bibirnya bertanya beberapa hal yang bertubi seakan memaksa Vano untuk kembali mengingat semuanya.

"Aku mengenalmu"

Kret...

Kursi roda berhenti berjalan seketika, Fira menunggu lanjutan kalimat Vano dengan penuh harapan.

"Aku mengenal namamu, kamu bilang kemarin, namamu Shafira kan?" Vano berbicara dengan logat tak biasa, seperti bukan Vano yang berbicara.

Nada manja dan anak anaknya? Kemana? Fira merindukan hal itu, dia tidak berbohong.

Fira tetap mematung, bibir mungilnya tak pernah menampakkan senyum lagi.

"Namun aku tidak tahu siapa kamu, yang ku tahu hanya namamu, hanya itu, dan jangan memaksaku agar ingat siapa kamu, kepalaku sakit jika dipaksa mengingat semuanya" Vano terlihat kesal, alisnya bertaut marah, sorot matanya menatap tajam Fira yang kini terhenyak di tempatnya.

Dengan tenang namun seakan tidak berjiwa, Fira kembali mendorong kursi roda Vano.

"Fira! Ambil jambunya! Ntar bu Haji keburu dateng!" Ucap Vano kecil seraya melempar jambu ke tangan Fira kecil.

"Yang banyak Van!" Fira menyemangati dengan baju yang sudah mengandung banyak jambu air di dalamnya.

"Siapa di sana!?" seorang wanita paruh baya keluar dari rumah langsung mengambil sapu ijuk di yang menggantung dibalik pintu.

"Van! turun cepet Van!" Fira menarik narik kaki Vano yang menjuntai karena dia duduk di atas dahan yang rendah.

"Bu Haji keluar? Astaga tolong Vano Fir!" Vano kalap sendiri, dia berusaha menggapai tangan Fira yang teracung kearahnya. Namun...

Buk!

"VAANOOOOOO!!! SHAFIRAAAAA!!"

Fira kecil hanya cengengesan seraya berusaha bangun setelah jatuh tertimpa Vano tadi.

"Kalian nyuri jambu saya lagi?" Bu haji mendekat dengan sapu injuk di tanganya.

"LARIIII~"






"tau gak Van" Fira kembali berbicara, Vano yang duduk di kursi roda tampak diam saja enggan menyahuti.

"Kita dulu sering nyuri jambu Bu Haji tau, itu yg rumahnya deket rumah gue" Fira bernostalgia.

"Aku tidak mengingatnya" jawab Vano dingin.

"Gue harus gimana biar lo inget semuanya lagi Van?" Fira menghentikan langkahnya, dia berjalan dan berjongkok di hadapan Vano.

"Gue sayang sama lo" Fira menunduk dalam.

"Maafin sifat gue yang dulu selalu bikin lo kesel, gue gak bakal ngulang lagi kok" Fira sudah meneteskan air matanya.

"Gue bakal lakuin apapun yang bikin lo sembuh, apapun. Bahkan jika lo mau nyawa gue? Ambil, Ambil Van! Ambil-- lo jahat!" Fira memukul pelan lutut Vano dan tubuhnya luruh ke rerumputan.

Married With A Childish BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang