"Cape" Vano nidurin kepalanya di paha gue. Gue udah duduk di sofa empuk Villa yang kini gue sama Vano tempati untuk tiga hari ke depan.
"Sama" timpal gue.
"Ambilin minum atau apa kek" ucap Vano seraya kibas-kibasin tanganya kedepan wajah dia.
Iya ya, gue lupa! Istri lucknut emang si Fira. Hadeuh.
"Ya lu nya awas dulu dong" gue kesel lah ya, dia nyuruh gue buat bikin minum tapi dia gak mau bangun dari paha gue, si Vini doang emang yang kek gitu.
Akhirnya Vano nurut, dia duduk dengan muka sebal, gue langsung berjalan menuju dapur, namun sebelum masuk ke dapur, Vano manggil gue.
"Fir!"
Gue menoleh,
"Ape""Jangan terlalu manis" ucap Vano.
Lah? Kan biasanya Vano paling demen sama yang manis-manis, contoh nya gue, eak. Kok sekarang gak mau yang terlalu manis ya? Apa dia diabetes? Diabetes karena tiap hari ketemu gue, asheeque.
"Kenapa?" tanya gue herman, eh heran.
"Liat yang bikin nya aja udah manis" jawab Vano dengan kekehan usil nya.
Astaga suami gue nge gombal! Ajaran dari syapa itu? Ngaku lo pada?
Ya jelas gue lah.
"Sa ae daki anoa!" gue berlari ke dapur, buat nyembunyiin wajah gue yang udah merah cem tuan kreb di bikini bottom.
Akhirnya selesai juga, gue berjalan kembali ke ruang tamu membawa dua gelas jus jeruk.
Gue duduk lagi setelah menyimpan nampan berisi dua gelas jus jeruk itu di meja, kemudian Vano langsung kembali tiduran di paha gue.
"Fira... Aku pengen nanya" Vano memainkan rambut gue yang terurai.
"Apa"
"Fira tau apa itu hak dan kewajiban?" tanya Vano yang bikin gue mengeryit bingung.
"Kaga, gue bolos mulu pas sekolah" jawab gue yang sebenernya boong.
Yaelah bambank! Anak ESDEH juga tau kali apa itu hak dan kewajiban.
"Pasti ngerti lah, orang kamu mahasiswi terpintar di kampus" Vano duduk menghadap ke gue dengan kaki menyila di atas sofa, menatap gue super serius membuat ketampananya bertambah berkali-kali lipat.
"Yeah i know, emang lo? Oon" gue ikut menghadap kearah Vano dengan gaya sengah seraya mencebik sebal. Nistain suami sendiri ternyata niqmat gaes, jangan ditiru ini hanya untuk dilakulan oleh profesional.
"Ye, kalo Vano gak pinter gak mungkin jadi dosen dong sekarang" elak Vano gak terima.
Gue merotasikan mata, serah Van, Serah!
"Yayaya, serah." gue memasang wajah serius.
"Sekarang Vano tanya, apa Vano udah memenuhi kewajiban sebagai suami?" Vano menopang dagunya so serius.
Gue mengambil air comberan-- ya nggak lah goblok! Air jus jeruk yang tersedia di meja. Ngambil doang belum di minum.
"He'em" gue manggut manggut. Setelah difikir-fikir, Vano udah cukup memenuhi kebutuhan rumah tangga kami, asheeque KAMI.
"Jadi aku ber-hak, dong?" ucap Vano seraya menaik turunkan alis nya kayak cowok-cowok di Wattpad.
"Berhak apaan?" tanya gue bingung, lagian si Vano ngomong cem cewek, gak bisa di mengerti.
Vano cemberut maksimal, gue memilih meminum jus jeruk di gelas yang tadi gue pegang.
"Menerima hak sebagai SUAMI?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With A Childish Boy
Fanfiction[WARNING!! Bahasa non baku dan banyak bahasa kasar, dimohon dengan sangat agar pembaca memilih bacaan dengan cermat] "Ngapain sih lo ngikutin mulu gue?! Ada di mana gue ada?! Mau lo apa sih Dosen kampret!" -Fira "Mau gue? Kan udah gue kasih tau berk...