"Alhamdulillah," ucap seorang laki-laki yang baru saja menginjakkan kakinya di stasiun Gubeng, Surabaya.
Seorang laki-laki berperawakan jangkung dengan berat badan ideal. Berkulit putih bersih. Beralis tebal, hidung mancung, tatapan matanya yang hangat, serta bibir tipisnya yang seimbang atas dan bawah.
Paras tampan itu sukses mencuri perhatian seluruh kaum hawa di sekelilingnya.
Reyhan menyadari kalau dirinya mulai menjadi pusat perhatian, tapi dia mencoba untuk tetap santai dan bersikap biasa saja.
Intinya, tetaplah bersikap ramah dan rendah hati pada siapapun orang yang kita temui, karena kita tidak pernah tahu kapan Allah Swt akan mempertemukan kita dengan orang-orang baik yang mungkin jelmaan malaikat penolong dalam hidup kita.
Tetaplah berpikir positif selagi kita masih diberi kesempatan untuk berpikir. Sebab pikiran positif justru akan menghadirkan nilai-nilai positif, baik dari dalam diri kita sendiri maupun dari lingkungan sekitar kita. Karena hal seperti itu sangat diperlukan untuk menjalin sosialisasi dengan berbagai macam orang yang kita temui di luar sana.
Apalagi bagi seorang pengembara macam Reyhan yang hidup sebatang kara. Mengembara ke Kota lain yang asing. Sebuah kota yang bahkan tak pernah dia kunjungi sebelumnya. Semua itu dia lakukan atas dasar modal tekat yang kuat.
Demi tercapainya satu tujuan, yaitu mencari seseorang.
Cinta pertamanya.
Reyhan tahu apa yang kini dia lakukan terdengar mustahil dan pastinya sangat sulit, namun Reyhan percaya, selagi kita berusaha dan berdoa, Allah Swt pasti menunjukkan jalan-Nya.
Reyhan melangkah sambil celingukan mencari pintu keluar stasiun Gubeng yang hari itu tampak ramai. Kepalanya menengok ke kanan dan ke kiri secara bergantian.
Lelaki itu terdiam di salah satu sudut stasiun. Sekedar memastikan kembali bahwa kini dia benar-benar sudah berada di Surabaya dan ini bukanlah mimpi.
Aku datang Katrina. Aku pasti akan menemukanmu, seperti janjiku dulu...
Ujarnya dalam hati.
Lalu dia tersenyum. Memperlihatkan satu lekukan kecil yang muncul di pipi kirinya. Sungguh sempurna membungkus wajah tampan nan rupawannya. Sesuatu yang berbanding terbalik dengan penampilannya yang super duper sederhana.
Setelan kaos hitam yang dipadupadankan dengan flanel kotak-kotak serta celana jeans sobek berwarna senada yang terlihat pas melekat di tubuhnya.
Reyhan menaikkan sebelah tali tas ranselnya yang melorot sambil terus melangkah.
Waktu Dzuhur sudah hampir tiba, Reyhan harus bergegas.
Puji dan syukur terus Reyhan panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang sudah dengan sangat baik memberinya kemudahan dan kelancaran selama perjalanan hingga dia selamat sampai tujuan.
Selain ramah dan sopan, Reyhan termasuk seorang laki-laki yang taat beribadah. Meski, pengetahuan akan ilmu agamanya tidak cukup baik, tapi Reyhan tidak pernah lupa meninggalkan shalat lima waktu. Baginya, itu adalah bukti tanggung jawab dan rasa syukur atas segala nikmat yang telah di beri Allah Swt untuknya selama ini.
Berjuta tatapan sarat akan kekaguman terus saja tertuju pada Reyhan di sepanjang jalur Stasiun Gubeng yang dia lewati.
Gadis-gadis remaja berseragam sekolah bahkan tampak antusias memperhatikan sosok Reyhan yang mereka pikir adalah seorang aktor atau bintang film, saking tampannya sosok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DIBALIK CADAR (End)
RomanceFollow dulu sebelum membaca... Kategory : Romance Dewasa.18+ Yang paling suka dengan kisah romantis yang bikin baper mari merapat... Katrina harus menelan pil pahit kehidupan saat sang Bunda membawanya pindah ke Surabaya demi memisahkan dirinya deng...