14 - TENTANG MASA LALU

895 95 7
                                    

Di sebuah ruangan kecil yang tertutup. Di dalam toilet khusus untuk karyawan wanita. Seorang wanita bercadar bersandar pada dinding-dindingnya yang dingin. Dia melepas cadarnya dengan satu tarikan tangan. Tubuhnya jatuh terhempas di atas toilet duduk.

Dia merasakan dadanya yang tiba-tiba sesak. Nafasnya tersengal tak beraturan. Pandangan matanya kabur tertutup cairan-cairan bening yang mencoba untuk keluar namun dia tahan. Wanita itu menyekanya sebelum air mata itu sempat jatuh.

Dia kembali teringat dengan percakapan terakhirnya dengan seorang laki-laki di masa lalunya sekitar sepuluh tahun yang lalu, di taman belakang sekolah.

*

"Mulai detik ini, aku nggak akan lelah berdoa sama Tuhan, sampai Tuhan bosan dan akhirnya Tuhan mengabulkan doaku," jelas seorang gadis berseragam SMA dengan rambut panjangnya yang tergerai indah.

"Emangnya kamu mau minta apa sama Tuhan?" tanya laki-laki bertubuh jangkung dihadapannya. Laki-laki yang juga berseragam SMA.

"Aku mau berdoa sama Tuhan, supaya Tuhan berbaik hati untuk mempertemukan kita lagi suatu hari nanti. Kalau saat itu tiba, aku nggak akan pernah melepaskan tangan ini dari genggamanku. Kakak juga harus begitu, ya?" wanita itu terlihat mengangkat jari jemarinya yang kini terpaut dengan jari jemari lelaki dihadapannya. Matanya menatap penuh harap.

"Kita nggak pernah tau apa yang akan terjadi di masa depan. Tapi yang jelas, aku juga akan selalu berdoa dengan doa yang sama."

"Seandainya aja Tuhan kita berdua itu sama. Mungkin nggak akan seperti ini jadinya. Lucu ya, Kak. Mungkin sekarang Tuhan kita lagi berantem gara-gara liat kita kayak gini. Makanya mereka pisahin kita," gadis itu terlihat sedih di akhir kalimatnya.

"Jangan sedih. Aku boleh peluk kamu?" tanya si lelaki. Suaranya terdengar lembut di telinga si gadis.

Si gadis tidak menjawab tapi langsung memeluk tubuh kekasihnya dengan sangat erat. Dia menangis terisak dibalik dada laki-laki itu.

"Aku mencintaimu, Katrina." bisik laki-laki itu lirih. Dia pun mempererat pelukannya pada Katrina. Matanya beningnya mulai berkaca-kaca.

"Aku juga sayang, Kak Reyhan. Seandainya aku bisa memilih, aku lebih memilih hidup bersama Kakak di sini daripada harus ikut Bunda ke Surabaya."

"Tunggu aku ya di Surabaya? Begitu menyelesaikan pendidikanku di Jakarta, aku akan menyusulmu ke Surabaya. Aku tidak perduli lagi jika Ibumu tetap menentang hubungan kita. Aku pasti datang, Trina. Aku berjanji."

"Aku pasti akan menunggu, Kakak. Pasti!" Katrina terlihat melepas pelukannya. Matanya kembali menatap wajah Reyhan. Dia berharap Reyhan akan menciumnya, sebagai tanda perpisahan. Meski hal itu tidak akan mungkin dilakukan oleh laki-laki itu.

Reyhan itu berbeda dari laki-laki kebanyakan. Dia tidak pernah berani menyentuh Katrina jika bukan tanpa izin Katrina sendiri. Atau jika bukan Katrina yang memulainya lebih dulu. Reyhan itu sangat menghormati wanita. Dan jadilah, Katrina nekat mencium bibir kekasihnya lebih dulu. Dia tidak mau kehilangan kesempatan itu, karena dia tahu, ini adalah pertemuan terakhir mereka.

Reyhan tersentak luar biasa saat bibirnya di tekan kuat oleh Katrina yang kini harus berjinjit agar bibirnya bisa menggapai bibir Reyhan yang tubuhnya jelas lebih tinggi dari Katrina. Ke dua tangan Katrina terasa mencengkram pipi kanan dan kiri Reyhan. Hingga setelahnya, Reyhan justru menundukkan kepalanya sedikit. Memberikan kemudahan untuk Katrina.

CINTA DIBALIK CADAR (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang